RANCANGAN PENELITIAN/RESEARCH DESIGN
A.
PENELITIAN DESKRIPTIF
1.
Pengertian.
Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitia
yang dilakukan dengan tujan utama untuk membuat gambaran ata deskriptif tentang
suatu keadaan secara objektif. Metode penelititan dskriptif digunakan untuk
memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi
sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan
data , klasifikasi, pengolahan/analisis data, memebuat kesimpulan dan laporan.
Masalah yang layak diteliti dengan mengunakan metode
deskriptif adalah masalah yang dewasa ini sedang dihadapi, khususnya di bidang
pelayanan kesehatan. Masalah-masalah ini baik yang berkaitan dengan penelaaha
terhdap masalah yang mencakup askep yang cukup banyak, menelaah suatu kasus
tunggal, mengadakan perbandingan antara suau hal dengan ha yang lain, ataupun
untuk melihat hubungan antara suatu gejala dengan peristiwa yang mungin aka
timbul dengan munculnya gejala tersebut.
Metode penelitian deskriptif serig digunakan dalam program
pelayanan kesehatan, terutama dalam rangka mengadakan perbaikan dan peningkatan
program-program pelayanan kesehatan tersebut. Penelitian mengenai masalah
metede pemberantasan penyakit menular misalnya, dapat mengungkapkan berbagai
aspek terutama dari segi efesien dan efektivitas cara tersebut. Selanjutnya
dapat digunakan metode yang bersangkutan, serta mencari alternative lain
apabila ternyata cara tersebut tidak atau kurang efektif dan efesien.
2.
Langkah-langkah penelitian Deskriptif
Secara umum
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penelitian deskriptif ini tidak
berbeda dengan metode-metode penelitian
yang lain, yakni :
a.
Memilih masalah yang akan diteliti.
b.
Merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah,
kemudian berdasarkan masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk
menghimpun informasi dan teori-teori sebagai dasar menyususn konsep penelitian.
c.
Membuat asumsi atau anggapan-anggapan yang
menjadi dasar peruusan hipotesis penelitian.
d.
Merumuskan hipotesis penelitian.
e.
Merumuskan dan memilih teknik pengumpulan data.
f.
Menentukan criteria atau kategori untuk
mengadakan klasifikasi data.
g.
Menentukan teknik dan alat pengumulan data yang
akan digunakan
h.
Melaksanakan penelitian atau pengumpulan data
untuk menguji hipotesis
i.
Melakukan pengolahan dan analisis data (menguji
hipotesis).
j.
Menarik kesimpulan atau generalisasi.
k.
Menyusun dan mempublikasikan laporan penelitian.
3.
Jenis-jenis penelitian deskriptif
Bentuk pelaksanaan
penelitian deskriptif ini ada berbagai jenis, antra lain sebagai berikut :
a.
Survey
Survey
adalah suatu cara penelitian deskritif yang dilakukan terhadap sekumpulan
objek yang biasanya cukup banyak dalam
jangka waktu tetentu. Pada umumnya survey bertujuan untuk membuat program
dimasa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan
perbaikan program tersebut. Jadi survey bukan semata-mata dilaksanakan untuk
membuat deskripsi tentang suatu keadaan, meliankan juga untuk menjelaskan
tentang hubungan antara berbagai variable yang diteliti, dari objek yang
mempunayi unit atau individu yng cukup banyak. Oleh sebab itu daam melakanakan
survey biasanya hasilnya dibuat suatu analisis secara kuantitatif terhadap data
yang telah dikumpulkan.
Di
dalam penelitian kesehatan, jenis masalah survey dapat digolongkan ke dalam
hal-hal sebagai berikut :
1). Survey rumah Tangga
Adalah
suatu survey deskriptif yang ditujukan kepada rumah tangga. Biasnya pengupulan
data dilakukan dengan wawancara kepada kepala keluarga. Informasi yang
diperoleh dari kepala keluarga ini bukan saja informasi mengenai diri kepala
keluarga tersebu, tetapi juga informasi tentang diri atau keadaan
anggota-anggota keluarga yanglain, da bahkan informasi tentang rumah dan
lingkungannya.
2). Survey morbiditas
Adalah
suatu survey deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui kejadian dan distribusi
penyakit di dalam masyarakat atau populasi. Survey ini dapt sekaligus digunakan
untuk mengetahui ‘incidence’ suatu
penyakit maupun prevalensi (prevalence).
3). Survey analsis jabatan
Survey
ini bertujuan terutama untuk mengetahui tentang tugas dan tanggung jawab para
petugas kesehatan serta kegiatan-kegiatan para petugas tersebut sehubunga
dengan pekerjaan mereka. Di samping itu survey ii juga dapat mengetahui status
dan hubungan antara yang satu dengan yang lainnya, atau hubungan antara atasan dengan bawahan, kondisi kerja, serta
fasilitas yangada untuk melaksanakan tugas.
4). Survey pendapat umum
Survey
ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambara tentang pendapat umum
terhadap suatu program pelayanan kesehatan yang sedang berjalan, dan yang
menyangkut seluruh lapisan masyarakat.
b.
Studi Penelaahan kasus (case studi)
Sudi kasus dilakukan dengan cara meneliti
suatu permasalahn melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit
tunggal disini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk, yang terkena
suatu masalah, misalnya keracunan atau sekelompok masyarakat di suatu daerah.
Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang
berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, factor-faktor yang mempengaruhi,
kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus maupun tindakan
dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu. Meskipun di
dalam studi kasus ini yang diteliti hanya berbentuk unit tunggal, namun
dianalisis secara mendaam, meliputi berbagai aspek yang cukup luas, srta
penggunaan berbagai teknik secara intregratif.
c.
Studi Perbandingan
Penelitian dengan menggunakan metode studi
perbandingan dilakukan dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan
sebagai fenomena untuk mencari factor-fakto apa, atau situasi bagaimana yang
mnyebabkan timbulnaya suatu peristiwa tertentu. Studi ini dimulai dengan
mengadakan pengumpuan fakta tentang factor-faktor yang menyebabkan timbulnya
suatu gejala tertentu, kemudian dibandingkan dengan situasi lain, atau
sekaligus membandingkan suatu gejala atau peristiwa dan factor-faktor yang
mempengaruhinya, dari dua atau beberapa kelompok sampel. Setelah mengetahui
persamaan dan peredaan penyebab, selanjutnya ditetapkan bahwa sesuatu factor yang menyebabkan munculnya suatu
gejala pada objek yang diteliti itulah sebenarnya yang menyebabkan munclnya
gejala tersebut, baik pada objek yang diteliti maupun pada objek yang diperbandingkan.
d.
Studi Korelasi
Studi korelasi ini pada hakikatnya merupakan penelitian atau
penelaahan hubungan antara dua variable pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk
melihat hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain, atau variable satu
dengan variable yang lain. Untuk mengetahui hubungan korelasi antara suatu
variable dengan varibel lain tersebut diusahakan dengan mengidentifikasi
variable yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antaa
keduanya.
Di
dalam uji statistic biasanya menggunakan analisis korelasi. Secara sederhana
dapat dilakukan denagn cara melihat skor atau nilai rata-rata dari variable
yang satu dengan skor rta-rata dari variable yang lain. Koefisien korelasi yang
diperoleh selanjutnya dapat dijadikan dasar untuk menguji hipotesis penelitian
yang di kemukakan terhadap mesalah
tersebut, dengan memebuktikan apakah ada hubungan kedua variable tersebut, dan
sejauh mana hubungan antara keduanya. Mislanya penelitian untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara berat badab bayi waktu lahir dengan jumlah paritas
dari ibu, hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi anak balita,
hubungan antara angka kematian anak balita dengan kelengapan imunisasi, dan
sebagainya.
e.
Studi Prediksi
Studi ini digunakan untuk memperkirakan
tentang kemungkinan munculnya suatu gejala berdasarkan gejala lain yang sudah
muncul dan diketahui sebelumnya. Mislanya memperkirakan kemungkinan keberhasilan menurunkan angka
kematian bayi berdaarkan pada besarnya cakupan imunisasi. Dalam bidang
kesehatan, studi prediksi ini digunakan terutama:
a.
Untuk membuat perkiran terhadap suatu atribut
dari atribut lain. Mislanya memperkirakan penurunan angka kematian akibat
kecelakaan dari berlkunya aturan penggunaan helm bagi pengendara motor.
b.
Untuk membuat perkiraan terhadap suatu atribut
dari hasil pengukuran. Misalnya memperkirakan kemungkinan wabah muntaber dari hasil pemeriksaan air minum
penduduk.
c.
Untuk memuat pekiraan terhada suatu pengukuran
dari suatu atribut. Misalnya memperkirakan status gizi anak balita dari status
social ekonomi orang tua mereka.
d.
Untuk membuat perkiraan terhadap pengukuran dari
pengukuran lain. Mislanya memperkirakan skor inteligensi anak dari pengukuran
berat badan perumur pada anak.
Dalam
melakukan uji statistic bisanya menggunakan analisis regresi. Sebagaimana
dengan tenik korelasi, maka dalam prediksi penafsiran analisis statistika
didasarkan pada koefisien yang diperoleh. Untuk melihat apakah munculnya suatu
gejala ini ada hubungannya dengan gejala lain, dan sampai seberapa besar
derajat hubungan tersebut.
f.
Penelitian Evaluasi
Penelitian
evaluasi dilakukan untuk menilai suatu program yang sedang atau sudah
dilakukan. Misalnya penelitian evaluasi tentang perkembangan pelayanan
Puskesmas, penelitian tentang program pemberantasan penyakit menular,
penelitina evaluasi tentang program
perbaikan gizi, dan sebagainya. Hasil dari penelitian ini digunakan
untuk perbaikan dan atau peningkatan program-program tersebut. Dalam mengolah
hasil penelitian evaluasi ini biasanya menggunakan analisis statistic sederhana
saja, misalnya analisis persentase.
B.
PENELITIAN SURVEI ANALITIK
Survey analitik adalah survey atau penelitian yang mencoba meggali
bagaimana dan mengapa fenomena kasehatan
itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau
antara factor resiko, sedangkan factor resiko adalah suatu fenomena yang
mengakibatan terjadinya efek (pengaruh). Merokok adalah suatu factor risiko
untuk terjadinya penyakit kanker paru-paru (efek). Hiertensi merupakan salah
satu factor risiko dari penyakit jantung (efek).
Dalam penelitian (survey) analitik, dari hasil analisis korelsi dapat
diketahui seberapa jauh konstribsi factor risiko tertentu terhadap adanya suatu
kejadin tertentu (efek). Secara garis besar survey anaitik ini dibedakan dalam
tiga pendkatan (jenis), yakni survey
analitik cross sectional, survey anaitik case control (retrospective), dan
survey analitik cohort (prospective).
1.
Rancangan Survei Cross Sectional
Survei cross sectional ialah suat
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor-faktor risiko
dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau
variable subjek pada saat pemeriksaan. Halini tidak berarti bahwa semua subjek
penelitian diamati ada waktu yang sama. Penelitian cross sectional ini sering
juga disebut penelitian tranversal dan sering digunakan dalam
penelitian-penelitian epidemilogi. Dibandingkan dengan penelitian-penelitian
yang lain, metode penelitian ini merupakan yang paling lemah karena penelitian
ini paling mudah dilakukan dan sangat sederhaan. Penngertian-pengertian yang
perlu dipahami dalam penelitian cross sectional, dan juga untuk jenis
penelitian lain dalam bidang kesehatan
masyarakat, diantaranya.
a.
Penyakit atau masalah kesehatan atau efek.
b.
Factor risiko untuk masalah terjadinya enyakit
tersebut, yakni factor peyebab terjadinya penyakit atau masalah esehatan.
c.
Agen penyakit (penyebab penyakit).
Fakor
risiko ialah factor-faktor atau keadaan-keadaan yang mepengaruhi perkembangan
suatu penyait atau status kesehatan tetentu. Ada dua maca factor risiko, yaitu
:
1.
factor risiko yang bersal dari organisme itu
sendiri (factor risiko instrinsik). Factor risiko instrinsik ini dibedakan
menjadi :
a.
factor jenis kelamin dan usia
beberapa penyakit tertentu berkaitan atau
cenderung diderita oleh seseorang dengan jenis kelamin atau usia tertentu.
Mislnya gastritis, cenderung diderita oleh kaum pria daripada wanita.
Kardiovaskuler cenderng diderita oleh orang berumur lebih dari 40 tahun.
b.
fakor-faktor anatomi atau konstitusi tertentu.
Ada bagian-bagisn tubuh tertentu yag peka
terhadap suatu penyakit. Misalnya virus herpes yang menyerang pada bagian
syaraf.
c.
factor nutrisi
seseorang yang menderita kurang gizi
(malnutrisi) akan rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi, terutama TBC paru
dan diare.
2.
factor risiko yang berasl dari lingkunga (fator
risiko ekstrinsik yang memudahkan seseorang terjangkit suatu penyakit tertentu.
Berdasarkan jenisnyafaktor ekstrinsik ini dapat berupa : keadaan fisik,
kimiawi, biologis, psikologis, social budaya, dan perilaku. Misalnya: keadaan
perkampungan yang padat penduduk merupakan factor risiko untuk penyakit infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA). Orang-orang yang bekerja di perusahaan yang
menggunakan bahan-bahan kimia tertentu mempunyai risiko untuk penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia tersebut. Keadaan yang gaduh, penuh
pertentangan, permusuhan dan sebagainya merupakan factor risiko untuk penderita
stress.
Factor
resiko adalah berbea denga agen (penyebab penyakit). Agen penyakit adalah mikro
organism atau kondisi lingkungan yang bereaksi secara langsung pada indivisu
sehingga individu tersebut menjadi sakit. Agen merupakan suatu factor yang
harus ada untuk terjdinya penyakit. Sedangkan faktoe risiko ialah suatu kondisi
yang memungkinkan adanya mekanisme hubungan antara agen penyakit dengan induk
semang (host) dan penjamu yaitu manusia, sehingga terjadi efek (sakit). Contoh ,
baksil micbacterium merupakan “agen” dari penyakit TBC.
Skema
Hubungan antara agen,
factor Risiko, dan Efek (penyakit)
Sedangkan kondisi lingkungan jelek, rumah
yang padat penghuni, tanpa ventilasi dan lembab, meurpakan factor risiko
terjadinya kontak antara mycobacterium tersebut engan orang, sehingga terjadi
efek (sakit). Seperti telah disebutkan di depan, bahwa penelitian survey potong silang atau cross
sectional adalah suatu penelitian dimana variable- variable yang terasuk factor
risiko dan variable-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada
waktu yang sama. Oleh sebab itu rancangan (desin) penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
Skema
Rancangan penelitian Cross sectional
Populasi
(sampel)

Faktor resiko + Factor
Resiko -
Efek + efek - Efek + Efek –
Dari skema rancanagan tersebut di ats dapt
disimpulkan bahwa lagkah-langkah penelitian cross sectional adalah sebagai
berikut :
a.
mengidentifikasi subjek penelitian atau populasi
dan mengidentifikasi fktor risiko dan factor efek.
b.
Menetapkan subjek penelitian atu populasi dan
sampel.
c.
Melakukan observasi atau pengukuran variable-variabel
yang merupakan factor risiko dan efek
sekaligus berdasarkan status keadaan variable pada saat itu (pengumpulan data).
d.
Melakukan analisis korelasi dengan cara
membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran).
Contoh
sederhana : ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan
Berat Badan Bayi Lahir (BBL), dengan menggunakan rancangan atau pendekatan
cross sectional.
Tahap pertama: mengidentifiksi
variable-variabel yang akan diteliti dan kedudukannya masing-masing :
-
Variable depend (efek) : BBL
-
Variable independen (risiko) : anemia besi
-
Variabel independen (risiko) yang dikendalikan :
paritas, umur ibu, perawatan kehamilan, dan sebagainya, dikelompokkan sebagai
variable pengganggu (confounding variable)
Tahap kedua : menetapkan subjek
penelitian atau populasi dan sampelnya. Subjek penelitian di sini jelas adalah
ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi dari daerah mana mereka ini
akan diambil, apabila lingkup di rumah sakit umum, rumah sakit bersalin, atau
rumah bersalin atau di masyarakat dalam lingkup dsa, kelurahan atau kecamatan.
Demikian pula batas waktunya juga ditentukan. Kemudian bagaimana cara
pengambilan sapelnya, apakah berdasarkan teknik random atau nonrandom.
Tahap ketiga : melakukan pengumpulan
data, observasi atau pengukuran terhadap variable dependen, independen, dan
variable-variabel yang dikendalikan secara bersamaan (dalam waktu yang sama).
Caranya, mengukur berat badan bayi yang dilahirkan, memeriksa Hb darah ibu,
menanyakan umur, paritas dan variable-variabel kendali yang lain.
Tahap keempat : mengolah dan
menganalisis data dengan cara membandingkan antara BBL dan Hb darah ibu. Dari
analisis ini akan diperoleh bukti ada atau tidaknya hubungan antara anemia
dengan BBL.
Seperti
telah disebutkan sebelumnya bahwa rancangan penelitian ini mempunyai
keunggulan: mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal waktu dan hasinya
dapat diperoleh dengan cepat. Disamping itu, dalam waktu yang bersamaan dapat
dikumpukan variable yang banya, baik variable risiko maupun variable efek.
Namun demikian, rancangan ini memunyai keterbatasan-keterbatasan antara lain :
a.
Diperlukan subjek penelitian yang besar.
b.
Tidak dapat mnggambarkan perkembangan penyakit
secara akurat.
c.
Tidak valid untuk meramalkan suatu
kecenderungan.
d.
Kesimpulan korelasi factor risiko dengan factor
efek palinglemah bila dibandingkan dengan dua rancangan penelitian cross
sectional yang lain.
2.
Rancangan Survei Case Control
Penelitian case control atau kasus control
adalah suatu penelitian (survey) analtik yang menyangkut bagaimana faktoe
risiko dipelajari denagn menggunakan pendekatan retospektif. Dengan kata lain ,
efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian
factor risiko diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu.
Rancangan penelitian case control ini data digambarkan sebagai berikut :
Skema
Rancangan Penelitian Case Control

Faktor risiko +
(
Kasus)
Factor risiko -
Populasi
(sampel)

Factor risiko +
(control)
Factor risiko –
Tahap tahap penelitian case control ini adalah sebagai
berikut :
a.
Identifikasi variable-variabel penelitian
(factor resiko dan efek)
b.
Menetapkan subjek penelitian (populasi dan sampel)
c.
Identifikasi kasus.
d.
Pemilihan subjek sebgi control.
e.
Melakukan pengukuran retrospektif (melihat
kebelakang) untuk melihat factor risiko.
f.
Melakukan analisis dengan membandingkan
proporsi aantara variable-variabel objek
penelitian dengan variable-variabel control.
Conoh sederhana : peneliti ingin
membuktikan hubungan antara malnutrisi (kekurangan gizi) pada anak balita
dengan perilaku pemberian makanan oleh ibu.
Taha pertama : mengidentifikasi
varabel dependen (efek) dan variable-variabel independen (factor risiko) :
-
Variable dependen : anak yang malnutrisi
(kasus).
-
Variabel independen : perilaku ibu dalam
memberikan makanan.
Variable independen yang lain : pendidikan ibu, pendapatan
keluarga, jumlah anak dan sebagainya.
Tahap kedua :menetapkan subjek penelitian
yaitu populasi dan sampel penelitian. Subjek penelitian isini adalah pasangan
ibu dan anak balitanya. Namun demikian,
perlu dibatasi pasangan ibu dan balita daerah mana yang dianggap menjasi
populasi dan sampel penelitian ini.
Tahap ketiga: mengidentifikasi kasus,
yaitu anak balita yang menderita melnutrisi. Yang dimaksud kasus ini adalah anak balita yang
memenuhi criteria malnutrisi yag telah ditetapkan misalnya berat per umurnya
kurang dari 75% standar Harvart. Kasus diambil dari populasi yang tealah
ditetapkan.
Tahap keempat: pemilihan subjek sebagai
control yaitu pasangan ibu-ibu dengan anak balita mereka yang tidak menderita
malnutrisi . Pemilihan control hendaknya didasarkan pada kesamaan karakteristik
subjek pada kasus. Misalnya cirri-ciri masyarakatnya, social ekonominya, letak
geografisnya, dan sebagainya. Pada kenyataannya memang suit untuk memilih
kelompok kasus. Oleh sebab itu sebagian besar cirri-ciri tersebut kiranya dapat
dianggap mewakili.
Tahap kelima : melakukan pengukuran secara retrospekif yaitu dari kasus (anak
balita yang malnutrisi) dan dari control (anak yang tidak malnutrisi) itu
diukur atau ditanyakan kepada ibunya dengan menggunakan metode recall mengenai perilaku atau kebiasaan
memberikan makanan kepada anaknya. Recall
di sini maksudnya menanyakan kepada ibu anak balita kasus tentang jenis-jenis
makanan serta jumlahnya yang diberikan kepada anak balita selama periode
tertentu. Biasanya menggunakan meetode 24 jam (24 hours recall).
Tahap keenam: melakukan pengolahan dan analisa
data. Analisa data dilakukan dengan membandingkan proporsi perilaku ibu yang
baik dan yang kurang baik dalam hal memberikan makanan kepada anaknya pada
kelompok kasus, dengan proporsi prilaku ibu yang sama pada kelompok control.
Dari sini akan diperoleh bukti ada atau tidak adanya hubungan antara perilaku
pemberian makanan dengan malnutrisi pada anak balita.
Kelebihan
Rancangan Penelitian Case Control
a.
Adaya kesamaan ukuran waktu antara kelompok
kasus dengan kelompok control.
b.
Adanya pembatasan atau pengadilan factor risiko
sehingga hasil penelitian lebih tajam disbanding dengan hasil rancangan cross
sectional.
c.
Tidak menghadapi kendala etik seperti pada
penelitian eksperimen atau cohort.
d.
Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis).
Kekurangan
Rancangan Penelitian Case Control
a.
Pengukuran variable yang retrospektif, objektivitas, dan reabilitasnya kurang karena subjek
penelitian harus mengingat kembali factor-faktor risikonya.
b.
Tidak dapat diketahui efek variable luar karena
secara teknis tidak dapat dikendalikan.
c.
Kadang-kadang sulit memilih control yang
benar-benar sesuai dengan kelompok kasus karena banyaknya factor risiko yang harus dikendalikan.
3.
Rancangan Survei Cohort
Penelitian cohort atau sering disebut
penelitian prospektif adalah suatu penelitian survey (noneksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara
factor risiko dengan efek (penyakit).
Seperti telah diuraikan sebelumya, penelitan cohort adalah sutu penelitian yang
digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor risiko dengan efek melalui pendekatan longitudinal ke depan atau prospektif. Artinya, factor resiko yang
akan dipelajari diidentifikasi dulu, kemudian diikuti ke depan secara
prospektif timbulnya efek, yaitu enyakit atau salah satu indikator status
kesehatan.
Kesimpulan hasil penelitian ini akan
membandingkan proporsi subjek yang menjadi sakit (efek positif) antara kelompok
subjek yang diteliti dengan factor risiko
positif dengan kelompok subjek
dengan factor risiko negative (kelompok
control).
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian
cohort antara lain sebagai berikut:
a.
Identifikasi factor-faktor risiko dan efek.
b.
Meenetapkan subjek penelitian (menetapkan
populasi dan sampel).
c.
Pemilihan subjek dengan factor risiko positif
dri subjek dengan efek negative.
d.
Memilih subjek yang akan menjadi anggota
kelompok control.
e.
Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas
waktu yang ditentukan, selanjutnya megidentifikasi timbul atau tidaknya efek
pada kedua kelompok tersebut.
f.
Menganalisis dengan membandingkan proporsi
subjek yang mendapat efek positif dengan subjek yang mendapat efek negative
baik pada kelompok risiko positif mauun kelompok berisiko negative (control).
Skema
Rancangan penelitian
Cohort
Efek
+


Factor
risiko + - Prospektif
Efek
–
Populasi (Sampel)

Efek
+

Factor
Risiko - - Prospektif
Efek
–
Contoh sederhana: penelitian yang ingin membuktikan adanya
hubungan antara cancer (Ca) paru (efek) dengan merokok (risiko) dengan
menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif.
Tahap pertama : mengidentifikasi factor
efek ( variable dependen) dan risiko (variable independen) serat
variable-variabel pengendali (variable control).
Variable dependen : Ca
Paru
Variable independen :
orang yang merokok (reesponden)
Variable
pengendali : umur,pekerjaan dan sebagainya dari responden.
Tahap kedua : menetapkan subjek penelitian
yaitu populasi dan sampel penlitian. Misalnya yang menjadi populasi adalah
semua pria di suatu wilayah atau tempat tertentu, dengan umur antara 40 sampai
dengan 50 tahun. Baik yang merokok maupun yang tidak merokok.
Tahap ketiga : mengidentifikasi subjek
yang merokok (risiko positif) dari populasi tersebut, dan juga mengidentifikasi
subjek yang tidak merokok (risiko negative) sejumlah yang kurang lebih
sama dengan kelompok-kelompok merokok.
Tahap keempat: mengobservasi perkembangan
efek pada kelompok orang-orang yang merokok (resiko positif) dan kelompok orang
yang tidak merokok (control) sampai pada waktu tertentu, mialnya selama 10
tahun ke depan, untuk mengetahui adanya perkembangan atau terjadinya Ca Paru.
Taha kelima : mengoalah dan menganalisis
data. Analisis dilakukan dengan proporsi orang-orang yang tidak menderita Ca
Paru dengan proporsi orang-orang yang tidak menderita Ca Paru, di antaranya
kelompok perokok dan kelompok tidak perokok.
Beberapa
keunggulan penelitian Cohort
a.
Dapat megukur komparabilitas antara dua kelompok
(kelompok subjek dan kelompok control ) sejak awal penelitian.
b.
Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka
risiko dari suatu waktu ke waktu yang lain.
c.
Ada keseragaman observasi, baik terhadap factor
risiko maupun efek dari waktu ke waktu.
Keterbatasan
Penelitian Cohort
a.
Memerlukan waktu yang lama.
b.
Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit.
c.
Kemungkinan adanya subjek penelitian yng drop
out dan akan mengganggu analisis data.
d.
Karena factor resiko yang ada pada subjek akan
diamati sampai terjadinya efek (mungkin
penyakit) maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.
Metode Penelitian Yang Lain
1.
Studi penelaahan Kasus (case study)
Studi kasus dilakukan dengan cara menliti
suatu permasalahan melalui sutu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit
tunggal disini dapat berate satu orang, sekelompok penduduk, yang terkena suatu
masalah, misalnya keracunan atau sekelompok masyarakat di suatu daerah. Unit
yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang
berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, factor-faktor yang mempengaruhi,
kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus maupun tindakan
dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu. Meskipun di
dalam studi kasus ini yang diteliti hanya berbentuk unit tunggal, namun
dianalisis secara mendaam, meliputi berbagai aspek yang cukup luas, srta
penggunaan berbagai teknik secara intregratif.
2.
Studi Perbandingan (Comparative Study)
Penelitian dengan menggunakan metode studi
perbandingan dilakukan dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan
sebagai fenomena untuk mencari factor-fakto apa, atau situasi bagaimana yang
mnyebabkan timbulnaya suatu peristiwa tertentu. Studi ini dimulai dengan
mengadakan pengumpuan fakta tentang factor-faktor yang menyebabkan timbulnya
suatu gejala tertentu, kemudian dibandingkan dengan situasi lain, atau
sekaligus membandingkan suatu gejala atau peristiwa dan factor-faktor yang
mempengaruhinya, dari dua atau beberapa kelompok sampel. Setelah mengetahui
persamaan dan peredaan penyebab, selanjutnya ditetapkan bahwa sesuatu factor yang menyebabkan munculnya suatu gejala
pada objek yang diteliti itulah sebenarnya yang menyebabkan munclnya gejala
tersebut, baik pada objek yang diteliti maupun pada objek yang diperbandingkan.
3.
Studi Korelasi (Correlation Study)
Studi korelasi ini pada hakikatnya merupakan penelitian atau
penelaahan hubungan antara dua variable pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk
melihat hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain, atau variable satu
dengan variable yang lain. Untuk mengetahui hubungan korelasi antara suatu
variable dengan varibel lain tersebut diusahakan dengan mengidentifikasi
variable yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antaa
keduanya.
Dalam uji statistic biasanya menggunakan
analisis korelasi. Secara sederhana dapat dilakukan denagn cara melihat skors
atau nilai rata-rata dari variable yang satu dengan skors rata-rata dari
variable yang lain. Koefisien korelasi yang diperoleh selanjutnya dapat
dijadikan dasar untuk menguji hipotesis penelitian yang di kemukakan terhadap mesalah tersebut, dengan membuktikan apakah
ada hubungan kedua variable tersebut, dan sejauh mana hubungan antara keduanya.
Mislanya penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan antara berat badab
bayi waktu lahir dengan jumlah paritas dari ibu, hubungan antara pendidikan ibu
dengan status gizi anak balita, hubungan antara angka kematian anak balita
dengan kelengkapan imunisasi, dan sebagainya.
4.
Studi Prediksi
Studi ini digunakan untuk memperkirakan
tentang kemungkinan munculnya suatu gejala berdasarkan gejala lain yang sudah
muncul dan diketahui sebelumnya. Mislanya memperkirakan kemungkinan keberhasilan menurunkan angka
kematian bayi berdaarkan pada besarnya cakupan imunisasi. Dalam bidang
kesehatan, studi prediksi ini digunakan terutama:
a.
Untuk membuat perkiran terhadap suatu atribut
dari atribut lain. Mislanya memperkirakan penurunan angka kematian akibat
kecelakaan dari berlkunya aturan penggunaan helm bagi pengendara motor.
b.
Untuk membuat perkiraan terhadap suatu atribut
dari hasil pengukuran. Misalnya memperkirakan kemungkinan wabah muntaber dari hasil pemeriksaan air minum
penduduk.
c.
Untuk memuat pekiraan terhada suatu pengukuran
dari suatu atribut. Misalnya memperkirakan status gizi anak balita dari status
social ekonomi orang tua mereka.
d.
Untuk membuat perkiraan terhadap pengukuran dari
pengukuran lain. Mislanya memperkirakan skor inteligensi anak dari pengukuran
berat badan perumur pada anak.
Dalam
melakukan uji statistic bisanya menggunakan analisis regresi. Sebagaimana
dengan tenik korelasi, maka dalam prediksi penafsiran analisis statistika
didasarkan pada koefisien yang diperoleh. Untuk melihat apakah munculnya suatu
gejala ini ada hubungannya dengan gejala lain, dan sampai seberapa besar
derajat hubungan tersebut.
5.
Penelitian Evaluasi
Penelitian
evaluasi dilakukan untuk menilai suatu program yang sedang atau sudah
dilakukan. Misalnya penelitian evaluasi tentang perkembangan pelayanan
Puskesmas, penelitian tentang program pemberantasan penyakit menular,
penelitina evaluasi tentang program
perbaikan gizi, dan sebagainya. Hasil dari penelitian ini digunakan
untuk perbaikan dan atau peningkatan program-program tersebut. Dalam mengolah
hasil penelitian evaluasi ini biasanya menggunakan analisis statistic sederhana
saja, misalnya analisis persentase.
C.
PENELITIAN EKSPERIMEN
Penelitian eksperimen
atau percobaan (eksperimental research) adalah
suatu penelitian dengan melakukan percobaan
(eksperiment), yang bertujuan
untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya
perlakuan tertentu atau eksperimen tersebut. Ciri khusus dari penelitian eksperimen adalah adanya percobaan atau trial
atau intervensi. Percobaan ini berupa perlakuan atau intervensi terhadap suatu
variable. Dari perlakuan tersebut diharapkan terjadi perubahan atau pengaruh
terhadap variable lain.
Semula
peneitian percobaan ini hanya dilakukan pada bidang science atau sains ( ilmu pengetahuan eksakta) saja, tetapi lambat
laun berkembang, sehingga sampai saat ini penelitian eksperimen juga dilakukan
pada penelitian bidang ilmu-ilmu sosil, ilmu pndidikan dan ilmu kesehatan.
Tujuan utama
penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan
sebab akibat dengan cara mengadakan intervensi dan mengenakan perlakuan kepada
satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil (akibat) dari intervensi
tersebut dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenakan perlakuan (kelompok
control).
1.
Langkah-langkah Penelitian eksperimen
a.
Melakukan tinjauan literature, terutama yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti
b.
Mengidentifikasi dan membatasi masalah
penelitian.
c.
Erumuskan hipotesis-hipotesis enelitian.
d.
Menyusun rencana eksperimen, yang biasanya
mencakup:
1.
Menentukan variable bebas dan variable terikat (variable independent and dependen
variables), yakni variable yang akab
diukur perubahannya setelah adanya intervensi atau perlakuan.
2.
Memilih desain atau model eksperimen yang akan
digunakan.
3.
Menentukan sampel.
4.
Menyusun metode atau model eksperimen dan alat
ukur.
5.
Menyusun outline prosedur pengupulan data.
6.
Menyusun hipotesis
e.
Melekukan pengumpulan data tahap pertama.
f.
Melakukan eksperimen atau percobaan.
g.
Mengumpulkan data tahap kedua (posttes).
h.
Menyusun laporan.
Pada
umumnya penelitian eksperimen ini hanya menggunakan sampel yang relative kecil,
bila dibandingkan dengan besarnya populai. Oleh karena itu, hasil penelitian
eksperimen ini diolah dan dianalisis dengan uji statistic yang cermat sehingga
dapat dilakukan generalisasi yang memadai.
2.
Control
Dalam penelitian eksperimen sering
digunakan control dan yang dimaksud dengan control dalam hal ini ialah suatu
kelompok atau individu yang tiddak dikenai perlakuan atau percobaan. Control di
dalam penelitian eksperimen ini sangat penting untuk melihat perbedaan
perubahan variable terpengaruh antara kelompok yang dikenai perlakuan dengan
yang tidak dikenai perlakuan (control).
Factor-faktor yang dikontrol dlam
eksperimen ini meliputi :
a.
Sasaran atau objek yang diteliti (diamati).
b.
Peneliti atau orang melakukan percobaan.
c.
Variable bebas (independent variables), yaitu kondidi munculnya variable terikat.
d.
Variable terikat (dependent variables), yaitu variable yang akan
terpengaruhi/berubah setelah dikenakan perlakuan atau percobaan.
e.
Kelompok eksperimen dan kelompok control.
f.
Populasi dan sampel.
g.
Skor rata-rata (mean) hasil tes.
Dalam
penelitian eksperimen, control mempunyai peranan yang sangat penting, antara
lain:
a.
Untuk
mencegah munculnya factor-faktor yang sebenarnya tidak diharapkan berpengaruh
terhadap variable pengikat.
b.
Untuk membedakan berbagai variable yang tidak
diperlukn dari variable yang diperlukan.
c.
Untuk menggambarkan secara kuantitatif hubungan
antara variable bebas dengan variable
terikat, dan sejauh mana tingkat
hubungan antara kedua variable tersebut.
3.
Validitas penelitian eksperimen
Dalam penelitian eksperimen, terutama
eksperimen semu (quasi ekseriment)
selalu dipertanyakan mengenai validitasnya, baik validitas internal maupun
validits eksternal.
a.
Validitas internal
Validitas internal berhubungan dengan
ketepatan mengidentifikasi perubahan variable-variabel keluaran (hasil
eksperimen) tersebut, hanya sebai akibat dari adanya perlakuan (eksperimen).
Dengan kata lain, seberapa jauh hasil atau perubahan yang terjadi pada variable
terikat tersebut sebagai pengaruh atau akibat dari adanya perlakuan atau
eksperimen (terutama eksperimen semu). Banyak factor yang mempengaruhi terhadap
internal validitas ini sehingga dapat mengganggu hasil eksperimen.
Factor-faktor yang mempengaruhi atau mengganggu validitas tersebut dapat
disebut sebagi ancaman-ancaman validitas internal, antara lain:
1.
Sejarah (History)
Peristiwa yang terjadi pada waktu yang
lalu kadang-kadang dapat berpengaruh terhadap variable keluaran (variable
terikat). Oleh karena itu terjadi perubahan variable terikat, kemungkinan bukan
sepenuhnya disebabkan karena perlakuan atau eksperimen, tetapi juga dipengaruhi
oleh factor sejarah atau pengalaman subjek penelitian terhadap masalah yang
dicobaka, atau maslah-masalah lain yang berhubungan dengan eksperimen
tersebut.
2.
Kematangan (Maturitas)
Manusia, binatang, atau makhluk hidup yang
lainnya sebagai subjek penelitian selalu mengalami perubahan. Pada manusia
perubahan berkaitan dengan proses kematangan atau maturitas, baik secara
biologis maupun psikologis. Dengan bertambahnya ematangan pada subjek ini akan
berpengaruh terhadap variable terikat. Dengan demikian, maka perubahan yang
terjadi pada variable terikat bukan saja
karena adanya eksperimen, tetapi juga disebabkan karena proses kematangan pada
subjek yang mendapatkan perlakuan atau eksperimen.
3.
Seleksi (Selection)
Dalam memilih anggota kelompk eksperimen
dan kelompok control bisa terjadi perbedaan ciri-ciri atau sifat-sifat anggota
kelompok satu dengan kelompok lainnya. Misalnya anggota-anggota kelompok
eksperimen lebih tinggi pendidikannya dibandingkan dengan anggota-anggota
kelompok control sehingga sebelum diadakan perlakuan sudah terjadi pengaruh
yang berbeda terhadap kedua kelompok tersebut. Setelah adanya perlakuan pada kelompok
eksperimen, maka besarnya perubahan variable terikat yang terjadi mendapat
gangguan dari variable pendidikan tersebut. Dengan kata lain, perubahan yang
terjadi pada variable terikat tidak saja
karena pengaruh perlakuan, tetapi juga karena pengaruh pendidikan.
4.
Prosedur Tes (Testing)
Pengalaman pada pretest dapat mempengaruhi
hasil posttest, karena kemungkinan para subjek penelitian dapat mengingat
kembali jawaban-jawaban yang salah pada waktu pretest. Dan kemudian pada waktu
posttest subjek tersebut dapat memperrbaiki jawabannya. Oleh sebab itu,
perubahan variable terikat tersebut buan karena hasil eksperimen saja,
melainkan juga karena pengaruh dari pretest.
5.
Instrumen (Instrumentation)
Alat ukur atau alat engumpul data (instrumen) pada pretest
biasanya digunakan lagi pada posttest. Hal ini sudah tentu akan berpengaru
terhadap hasl posttest tersebut. Dengan perkataan lain, perubahan yang terjadi
pada variable terikat, tidak disebabkan oleh perlakuan atau eksperimen saja,
tetapi juga karena pengaruh instrument.
6.
Mortalitas (Mortality)
Pada proses dilakukan eksperimen atau pada
waktu antara pretest dan posttest sering terjadi subjek yang drop out baik
karena pindah, sakit, ataupun meninggal dunia. Hal ini juga akan berpengaru
terhadap hasil eksperimen.
7.
Regresi ke Arah Nilai Rata-rata (Regresion Toward the Mean)
Ancaman ini terjadi karena adanya
nilai-nilai ekstrem tinggi maupun ekstrem rendah dari hasil pretest (pengukuran
pertama), cenderunguntuk tidak ekstrem lagi pada posttest (pengukuran kedua),
namun biasanya mendekati nilai rata-rata. Perubahan yang terjadi pada variable terikat tersebut adalah bukan
perubahan yang sebenarnya, melainkan merupakan perubahan semu. Oleh sebab itu
regresi ke arah nilai rata-rata ini juga disebut regresi semu.
Untuk mempertinggi validitas internal dari
hasi penelitian eksperimen ini,
maka factor-faktor tersebut harus
dikontrol, atau diwaspadai dan
diupayakan sehingga mungkin mengganggu vaiditas internal.
b.
Validitas Eksternal
4.
D.
PENELITIAN KLINIK
a. Validitas
eksternal
Validitas eksternal ini berkaitan dengan
kemungkinan generalisasi dari hasil eksperimen tersebut. Hal ini berarti,
apakah hasil eksperimen tersebut terjadi pula, apabila eksperimen yang sama
dilakukan pada populasi lain. Dengan kata lain, seberapa jauhkah representative
penemuan-penemuan penelitian ini, dan seberapa jauh hasil-hasil penelitian
tersebut dapat digeneralisasikan kepada subjek-subjek atau kondisi-kondisi yang
serupa atau semacam. Untuk mengontrol validitas eksternal ini per;lu dilakukan
pengujian-pengujian terhadap factor-faktor berikut:
1.
Efek seleksi Berbagai “Bias”
Karakteristik anggota kelompok atau sampel eksperimen
menentukan sekali terhadap generalisasi yang diperoleh. Kekeliruan dalam
memilih anggota sampel dapat mengganggu hasil eksperimen. Oleh sebab itu, agar
sampel yang diambil dapat representative terhadap populasi perlu dilakukan
identifikasi dan control yang tepat.
2.
Efek pelaksanaan Pretest
Pretest banyak mempengaruhi variabel eksperimen,
sedang pretest hanya dilakukan terhadap sampel. Oleh karena itu, generalisasi
yang diperoleh dari pelaksanaan eksperimen terhadap sampel, kemungkinan tidak
dapat berlaku untuk seluruh populasi sebab hanya angota sampel yang mengalami pretest. Untuk
menghindari akibat dari pelaksanaan pretest yang dapat mempengaruhi generalisasi,
perlu dilakukan konntrol yang cermat dalam pelaksanaan pretest sehingga tidak
mempunyai pengaruh terhadap perlakuan yang menjadi dasar membuat generalisasi.
3.
Efek prosedur Eksperimen
Eksperimen yang dilakukan terhadap anggota-anggota
sampel yang menyadari bahwa dirinya sedang dicoba atau dieksperimen,
menyebabkan generalisasi yang diperoleh tidak berlaku bagi populasi karena
adanya perbedaan pengalaman antara anggota sampel dengan anggota populasi. Oleh
s ebab itu, perlu dilakukan control terhadap pengaruh prosedur eksperimen
tersebut.
4.
Gangguan penanganan Perlakuan Berganda
Jika subjek pada kelompok eksperimen dipaparkan
terhadap perlakuan dua kali atau lebih secara berturut-turut, maka perlakuan
yang terdahulu mempunyai efek terhadap yang berikutnya. Hal ini menyebabkan
perlakuan terakhir yang muncul dipengaruhi oleh perlakuan sebelumnya. Jadi
generalisasi yang diperoleh hanya berlaku bagi subjek yang mempunyai pengalaman
dengan pelaksanaan dan pemunculan perlakuan ganda secara berturut-turut.
a. Desain (rancangan) penelitian
eksperimen
Rancangan penelitian eksperimen
dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
1.
Rancangan-rancangan
praeksperimen (pre experimental designs)
2.
Rancangan-rancangan
eksperimen sungguhan (true experimental
designs).
3.
Rancangan-rancangan
eksperimen semu (quasi experimental
designs).
Disebut eksperimen semu karena
syarat-syarat sebagai penelitian eksperimen tidak cukup memadai. Syarat-syarat
pokok yang tidak dapat dipenuhi oleh penelitian eksperimen semu adalah :
1.
Tidak
adanya randomisasi (randomization), yang
berrati pengelompokan anggota sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok
control tidak dilakukan dengan random atau acak.
2.
Control
terhadap variabel-variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen tidak
dilakukan, karena eksperimen ini biasanya dilakukan di masyarakat, sehingga
sulit untuk mengontrolnya seperti di laboratorium.
Dalam penelitian eksperimen sering
digunakan symbol-simbol atau lambing-lambang sebagai berikut:
R =
Randomisasi (randomization)
0 1 = Pengukuran pertama (pretest)
X =
Perlakuan atau eksperimen
0 2 =
Pengukuran kedua (posttest)
b.
Rancangan
Praeksperimen
1. Posttest Only Design
Dalam
rancangan ini perlakuan atau intervensi telah dilakukan (X), kemudian dilakukan
pengukuran (observasi) atau posttest (02). Selama tidak ada kelompok control,
hasil 02 tidak mungkin dibandingkan dengan yang lain. Rancangan ini sering juga
disebut “The One Shot Case Study”. Hasil
observasi ini (02) hanya memberikan informasi yang bersifat deskriptif.
Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Eksperimen Posttest
Dalam
rancangan ini sama sekali tidak ada control dan tidak ada internal validitas.
Difatnya yang cepat dan mudah, menyebabkan rancangan ini sering digunakan untuk
meneliti suatu program yang inovatif, misalnya dalam bidang pendidikan
kesehatan. Di samping itu raaancangan ini tidak mempunyai dasar untuk melakukan
komparasi atau perbandingan. Oleh sebab itu kesimpulan yang dipeproleh dapat
menyesatkan.
Namun
demikian, rancangan ini mempunyai keuntungan antara lain, dapat digunakan untuk
menjajagi masalah-masalah yang diteliti atau mengembangkan gagasan-gagasan atau
metode-metode atau alat-alat tertentu.
2.
Rancangan
One Group Pretest Posttest
Rancangan
ini juga tidak ada kelompok pembanding (control), tetapi paling tidak sudah
dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji
perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (program). Bentuk
rancangan ini adalah sebagai berikut:
Pretest Perlakuan Posttest
Kelemahan
rancangan iniantara lain atidak ada jaminan bahwa perubahan yang terjadi pada
variabel dependen karena intervensi atau perlakuan. Tetapi perlu dicatat bahwa
rancangan ini tidak terhindar dari berbagai macam (kelemahan) terhadap
validitas, misalnya sejarah, testing, dan instrument.
3. Perbandingan Kelompok Statis (Statis Group Comparison)
Rancangan
ini seperti rancangan pertama, hanya bedanya menambahkan kelompok control atau
kelompok pembanding. Kelompok eksperimen menerima perlakuan (X) yang diikuti
dengan pengukuran kedua atau observasi ()@). Hasil observasi ini kemudian
dikontrol atau dibandingkan dengan hasil observasi pada kelompok control, yang
tidak menerime program atau intervensi. Rancangan ini dapat diiludtrasikan
sebagai berikut:
Perlakuan
Posttest
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Dengan rancangan ini, beberapa factor
pengganggu seperti history, maturation, testing, dan instrumentation, dapat
dikontrol walaupun tidak dapat diperhitungkan efeknya.
c.
Rancangan
Eksperimen Sungguhan (True Eksperiment)
1. Rancangan Pretest Posttest dengan
Kelompok Kontrol (Pretest-Posttest with
Control Group)
Dalam
rancangan ini dilakukan randomisasi, artinya pengelompokkan angota-anggota
kelompok control dan kelompok eksperimen dilakukan berdasarkan acak atau
random. Kemudian dilakukan pretest (01) pada kedua kelompok tersebut, dan
diikuti intervensi (X) pada kelompok eksperimen. Setelah beberapa waktu
dilakukan Posttest (02) pada kedua kelompok tersebut. Bentuk rancangan ini
sebagai berikut:
Pretest perlakuan Posttest
R (Kel. Eksperimen)
R (Kel. Kontrol)
Dengan
randomisasi (R), maka kedua kelompok mempunyai sifat yang sama sebelum
dilakukan intesvensi (perlakuan). Karena kedua kelompok sama pada awalnya, maka
perbedaan hasil posttest (02) pada
keduakelompok tersebut dapat disebut sebagai pengaruh dari intevensi atau
perlakuan. Rancangan ini adalah salah satu rancangan yang tekuat dalam mengontrol
ancaman-ancaman terhadap validitas.
Tetapi
ancaman ini sulit dilaksanakan di lapangan karena biasanya sulit atau bahkan
tidak mungkin melakukan randomisasi. Di samping
itu, dari segi etika atau aspek lain, sering tidak mungkin melakukan
intervensi pada kelompok yang satu dan tidak melakukan intevensi pada kelompok
yang lain. Rancangan ini dapat diperluas, dengan melibatkan lebih dari satu
variabel bebas. Dengan kata lain, perlakuan dilakukan pada lebih dari satu
kelompok, dengan bentuk perlakuan yang berbeda. Rancangan ini dapat digambarkan
sebagai berikut”
Pretest
Perlakuan Posttest
01 X (a) 02
01 X (b) 02
01 02
|
|
R (Kel. Eksperimen a)
R ( kel. Eksperimen b)
R (Kel. Kontrol)
Pada rancangan ini, kesimpulan-kesimpulan mengenai efek
perbedaan antara program (intervensi) satu dengan lainnya dapat dicapai tanpa
menggunakan kelompok control.
2. Rancangan Randomized Salomon Four
Group
Rancangan
ini dapat mengatasi kelemahan eksternal validitas yang ada pada rancangan randomized control group pretest posttest.
Apabila pretest mungkin mempengaruhi subjek sehingga mereka menjadi lebih
sensitive terhadap perlakuan (X) dan mereka bereaksi secara berbeda dari subjek
yang tidak mengalami pretest, maka eksternal validitas terganggu, dan kita
tidak dapat membuat generalisasi dari penelitian itu untuk populasi. Demikian
pula kalau ada interaksi antara pretest dengan perlakuan (X). rancangan salomon
ini dapat mengatai masalah, ini dengan menammbah kelompok ke 3 (dengan
perlkauan, tanpa pretest) dank e 4 (tanpa perlakuan, tanpa pretest). Bentuk
rancangan ini sebgai berikut:
Pretest Perlakuan Posttest
R (Kel. Eksperimen)
R ( Kel. Kontrol)
R (Kel. Kontrol)
R (Kel. Kontrol)
3. Rancangan Posttest dengan Kelompok Kontrol
(Posttest Only Control Group Design)
Rancangan
ini juga merupakan eksprimen sungguhan dan hamper sama dengan rancangan yang
telah dibicarakan sebelumnya, hanya bedanya diadakanpretest. Karena kasus-kasus
telah dirandomisasi baik pada kelompok tersebut dianggap sama sebelum dilakukan
perlakuan. Bentuk rancangan ini sebagi berikut:
Perlakuan
Posttest
R (Kelompok Eksperimen)
R ( Kelompok Kontrol)
Dengan
rancangan ini, memungkinkan peneliti mengukur pengaruh perlakuan (intevensi)
pada kelompok eksperimen dengan cara membendingkan kelompok tersebut dengan
kelompok control. Tetapi rancangan ini tidak memungkinkan peneliti untuk
menentukan sejauh mana atau seberapa besar perubahan itu terjadi, sebab pretest
tidak dilakukan untuk menentukan data awal.
d.
Rancangan
Eksperimen Semu (Quasi Eksperimen Design)
Seperti telah disebutkan tedahulu,
penelitian lapangan sulit untuk melakukan randomisasi. Oleh sebab itu
penelitian lapangan pada umumnya tidak menggunakan rancangan eksperimen
sungguhan. Untuk penelitian lapangan, biasanya menggunakan rancangan
ekspeerimen semu (quai eksperiment). Desain ini tidak mempunyai pembatasan yang
ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol
ancaman-ancaman validitas. Disebut eksperimen semu karena eksperimen ini belum
atau idak memiliki cirri-ciri rancangan eksperimen sebenarnya, karena
variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi tidak dapat atau
sulit dilakukan. Oleh sebab itu, validitas penelitian menjadi kurang cukup
untuk disebut sebagai eksperimen yang sebenarnya.
Oleh karena perbedaan utama antara
penelitian eksperimen sungguhan (true
eksperiment) dan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) terletak pada randomisasi (randomization), maka rancangan penelitian eksperimen sungguhan
tersebut di atas juga dapat digunakan sebagai rancangan pebelitian eksperimen
semu, tanpa atau tidak menggunakan symbol ® atau (Randomization). Rancangan-rancangan baik penelitian eksperimen
sungguhan maupun eksperimen semu dapat diperluas dengan rancangan-rancangan
yang lain, sebgai beikut:
1. Rancangan Rangkaian Waktu (Time Series Design)
Rancangan
ini seperti rancangan pretest posttest, kecuali mempunyai keuntungan dengan
melakukan observasi (pengukuran yang berulang-ulang), sebelum dan sesudah
perlakuan. Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut:
Pretest Perlakuan Posttest
|
|
01 02
03 04 x 05
06 07 08
|
|
Dengan
menggunakan serangkaian observasi 9tes), dapat memungkinkan validitasnya lebih
tinggi. Karena pada rancangan pretes posttest, kemungkinan hasil 02 dipengaruhi
oleh factor lain di luar perlakuan sangat besar. Sedangkan pada rancangan ini,
oleh karena observasi dilakukan lebih dari satu kali (baik sebelum maupun
sesudah perlakuan), maka pengaruh factor luar tersebut dapat dikurangi.
2. Rancangan Rangkaian Waktu dengan
Kelompok Pembanding (Control Time Series
Design)
Pada
dasarnya rancangan ini adalah rancanngan rangkaian waktu, hanya saja
menggunakan kellompok pembanding (control). Rancangan ini lebih memungkinkan
adanya control terhadap validitas internal sehingga keuntungan dari rancangan
ini lebih menjamin adanya validitas internal yang tinggi. Bentuk rancangan
tersebut adalah sebagaimana tercantum sebai barikut:
Pretest perlakuan Posttest
01 02 03 x
04
05 06 07
01 02 03 x 04
05 06 07
|
|
Kel.
Eksperimen
Kel.
Kontrol
3. Rancangan Non Equivalent Control Group
Dalam
penelitian lapangan, biasanya lebih dimungkinkan untuk membandingkan hasil
intervensi program kesehatan dengan suatu kelompok control yang serupa, tetapi
tidak perlu kelompok yang benar-benar sama. Misalnya, kita akan melakukan studi
tentang pengaruh pelatihan kader terhadap cakupan Posyandu. Kelompok yang akan
diberikan peltihan, tidak mungkin sama betul dengan kalompok kader yang tidak
akan diberi pelatihan (kelompok control). Bentuk rancangan ini dapat
digambarkan sebai berikut
Prosttest
Perlakuan Pretest
kelompok
Eksperimen
kelompok
Kontrol
rancangan
ini disebut Non equivalent control group dan
sangat digunakan untuk evaluasi program pendidikan kesehatan atau
pelatihan-pelatihan lainnya. Di samping itu rancangan ini juga baik untuk
membandingkan hsil intevensi program kesehatan di suatu kecamatan atau desa,
dengan kecamatan atau desa lainnya. Dalam rancangan ini, pengelompokan anggota
sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok control tidak dilakukan secara
random atau acak. Oelh sebab itu rancangan ini sering disebut juga non randomized group pretest postets design.
4. Rancangan Separate Sample Pretest Posttest
Rancangan
ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian kesehatan dan keluarga
beencana. Pengukuran pertama (pretest) dilakukan terhadap sampel yang dipilih
secara acak dari populasi tetentu. Kemudian dilakukan intevensi atau program
pada seluruh populasi tersebut. Selanjutnya, dilakukan pengukuran kedua
(posttest0 pada kelompok sampel yang lain, yang juga dipilih secara acak
(random) dari populasi yang sama. Rancangan ini snagat baik untuk menghindari
pengaruh atau efek dari “pretest”, meskipun
tidak dapat mengontrol “sejarah”, “maturitas”, dan “instrument”. Rancangan ini
dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Pretest Perlakuan Posttets
Kel.
Eksperimen
Kel.
Control
Disamping
keempat rancangan eksperimen semu ini, rancangan-rancangan eksperimen sungguhan
(true experiment) juga dapat
digunakan dalam penelitian eksperimen semu, hanya symbol R (randomisasi) tidak
dilakukan atau diabaikan.
e.
Aplikasi
Penelitian Eksperiemen Dalam Kesehatan
Secara garis bedar penerapan metode
penelitian eksperimen di bidang kesehatan ini ada dua bentuk, yaitu: penelitian
intevensi dan penelitian klinik atau lebih dikenal dengan clinical trial. Penelitian intervensi yang sebenarnya mirip bahkan
sama dengan penelitian eksperimen telah di uraikan tadi. Tetapi, sebagai
tambahan penjelasan diuraikan secara singkat di bawah ini, sedangkan clinical
trial diuraikan dalam bab lain dalam buku
1. Penelitian intervensi
Lain
halnya dengan penelitian klinik yang digunakan di kalangan klinik medi,
penelitian intervensi ini digunakan dalam bidang kesehatan masyarakat (public health). Dengan kata lain,
penelitian intervensi adalah penelitian eksperimental yang dikenakan pada
masyarakat sebagai kesatuan himpunan subjek. Peneliti melakukan menipulasi atau
memberikan perlakuan bukan dengan pendekatan subjek secara individual seperti
pada penelitian klinik, melainkan dengan pndekatan kelompok. Perlakuan
diberikan dalam wujud apket yang dikenakan pada subjek secara kolektif dalam
komunitas. Efek perlakuan diamati denagn menggunakan satuan analisis individual
maupun kelompok.
Nama
lain penelitian intervensi ini adalah penelitian operasional (operational research). Disebut
penelitian operasional karena penelitian ini dilakukan sekaligus untuk
memperbaiki suatu system atau program yang sedang berjalan. Beberapa peneliti
menamakan penelitian ini sebagai action
research atau penelitian tindakan, karena penelitian dilakukan dengan
melakukan tindakan, yakni intervensi atau manipulasi salah satu variabel.
Pada
dasarnya ada dua tipe penelitian intervensi ini, yakni intervensi di bidang
preventif dan penelitian intervensi di bidang kuratif.
2. Penelitian Intervensi preventif
Penelitian
ini mencoba mempelajari hubungan factor-faktor risiko dengan kejadian suatu
penyakit dengan memberikan perlakuan atau manipulasi tehadap factor risiko
tersebut pada subjek. Walaupun efek perlakuan yang diberikan secar kolektif
pada individu dalam masyarakat atersebut dapat diamati dengan pendekatan
individual, tetapi pengamatan tersebut lebih sering dilakukan dengan pendekatan
kelompok. Contoh: perlakuan atau intervensi berupa penyuluhan imunisasi untuk
ibu-ibu di suatu komunitas, efeknyaakan dilihat dengan meningkatnya cakupan
imunisasi anak balita, perlakuan berupa “PNS” (Pemberantasan Sarang Nyamuk) di
suatu desa, efeknya akan dilihat dengan menurunnya kasus demam berdarah di desa
tersebut.
3. Penelitian Intervensi Kuratif
Penelitian
eksperimental/intervensi ini mencoba memberikan perlakuan terhadap perkembangan
suatu penyakit. Dengan kata lain, penelitian ini akan mengungkapkan apakah
riwayat alamiah suatu penyakit dapat dimanipulasi atau diintervensi secara
spesifik. Perlakuam dalam tipe penelitian ini adalah berupa pembrian
penatalaksanaan tindakan kuratif kepada masyarakat untuk menanggulangi penyakit
endemic masyarakat. Perlakuan bias berupa penyuluhan kepada masyarakat dalam
menghadapi (menanggulangi) penyakit dan dapat dalam bentuk pengobatan missal.
Contoh: pengobatan missal cacingan pada anak balita dalam rangka menurunkan
prevalensi penyakit cacing perut, penyuluhan untuk berobat secara teratur ke
klinik TBC paru dalam rangka untuk menurunkan prevalensi penderita TBC paru.