Jumat, 18 Oktober 2013

research design/rancangan penelitian


RANCANGAN PENELITIAN/RESEARCH DESIGN

A.      PENELITIAN DESKRIPTIF
1.       Pengertian.
Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitia yang dilakukan dengan tujan utama untuk membuat gambaran ata deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelititan dskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data , klasifikasi, pengolahan/analisis data, memebuat kesimpulan dan laporan.
Masalah yang layak diteliti dengan mengunakan metode deskriptif adalah masalah yang dewasa ini sedang dihadapi, khususnya di bidang pelayanan kesehatan. Masalah-masalah ini baik yang berkaitan dengan penelaaha terhdap masalah yang mencakup askep yang cukup banyak, menelaah suatu kasus tunggal, mengadakan perbandingan antara suau hal dengan ha yang lain, ataupun untuk melihat hubungan antara suatu gejala dengan peristiwa yang mungin aka timbul dengan munculnya gejala tersebut.
Metode penelitian deskriptif serig digunakan dalam program pelayanan kesehatan, terutama dalam rangka mengadakan perbaikan dan peningkatan program-program pelayanan kesehatan tersebut. Penelitian mengenai masalah metede pemberantasan penyakit menular misalnya, dapat mengungkapkan berbagai aspek terutama dari segi efesien dan efektivitas cara tersebut. Selanjutnya dapat digunakan metode yang bersangkutan, serta mencari alternative lain apabila ternyata cara tersebut tidak atau kurang efektif dan efesien.   
2.       Langkah-langkah penelitian Deskriptif
Secara umum langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penelitian deskriptif ini tidak berbeda dengan metode-metode  penelitian yang lain, yakni :
a.       Memilih masalah yang akan diteliti.
b.      Merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah, kemudian berdasarkan masalah tersebut diadakan studi pendahuluan untuk menghimpun informasi dan teori-teori sebagai dasar menyususn konsep penelitian.
c.       Membuat asumsi atau anggapan-anggapan yang menjadi dasar peruusan hipotesis penelitian.
d.      Merumuskan hipotesis penelitian.
e.      Merumuskan dan memilih teknik pengumpulan data.
f.        Menentukan criteria atau kategori untuk mengadakan klasifikasi data.
g.       Menentukan teknik dan alat pengumulan data yang akan digunakan
h.      Melaksanakan penelitian atau pengumpulan data untuk menguji hipotesis
i.         Melakukan pengolahan dan analisis data (menguji hipotesis).
j.        Menarik kesimpulan atau generalisasi.
k.       Menyusun dan mempublikasikan  laporan penelitian.
3.       Jenis-jenis penelitian deskriptif
Bentuk pelaksanaan penelitian deskriptif ini ada berbagai jenis, antra lain sebagai berikut :
a.       Survey
Survey adalah suatu cara penelitian deskritif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek  yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tetentu. Pada umumnya survey bertujuan untuk membuat program dimasa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut. Jadi survey bukan semata-mata dilaksanakan untuk membuat deskripsi tentang suatu keadaan, meliankan juga untuk menjelaskan tentang hubungan antara berbagai variable yang diteliti, dari objek yang mempunayi unit atau individu yng cukup banyak. Oleh sebab itu daam melakanakan survey biasanya hasilnya dibuat suatu analisis secara kuantitatif terhadap data yang telah dikumpulkan.
Di dalam penelitian kesehatan, jenis masalah survey dapat digolongkan ke dalam hal-hal sebagai berikut :
1). Survey rumah Tangga
Adalah suatu survey deskriptif yang ditujukan kepada rumah tangga. Biasnya pengupulan data dilakukan dengan wawancara kepada kepala keluarga. Informasi yang diperoleh dari kepala keluarga ini bukan saja informasi mengenai diri kepala keluarga tersebu, tetapi juga informasi tentang diri atau keadaan anggota-anggota keluarga yanglain, da bahkan informasi tentang rumah dan lingkungannya.
2). Survey morbiditas
Adalah suatu survey deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui kejadian dan distribusi penyakit di dalam masyarakat atau populasi. Survey ini dapt sekaligus digunakan untuk mengetahui ‘incidence’ suatu penyakit maupun prevalensi (prevalence).
3). Survey analsis jabatan
Survey ini bertujuan terutama untuk mengetahui tentang tugas dan tanggung jawab para petugas kesehatan serta kegiatan-kegiatan para petugas tersebut sehubunga dengan pekerjaan mereka. Di samping itu survey ii juga dapat mengetahui status dan hubungan antara yang satu dengan yang lainnya, atau hubungan antara  atasan dengan bawahan, kondisi kerja, serta fasilitas yangada untuk melaksanakan tugas.
4). Survey pendapat umum
Survey ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambara tentang pendapat umum terhadap suatu program pelayanan kesehatan yang sedang berjalan, dan yang menyangkut seluruh lapisan masyarakat.
b.      Studi Penelaahan kasus (case studi)
Sudi kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahn melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk, yang terkena suatu masalah, misalnya keracunan atau sekelompok masyarakat di suatu daerah. Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, factor-faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu. Meskipun di dalam studi kasus ini yang diteliti hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendaam, meliputi berbagai aspek yang cukup luas, srta penggunaan berbagai teknik secara intregratif.

c.       Studi Perbandingan
Penelitian dengan menggunakan metode studi perbandingan dilakukan dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan sebagai fenomena untuk mencari factor-fakto apa, atau situasi bagaimana yang mnyebabkan timbulnaya suatu peristiwa tertentu. Studi ini dimulai dengan mengadakan pengumpuan fakta tentang factor-faktor yang menyebabkan timbulnya suatu gejala tertentu, kemudian dibandingkan dengan situasi lain, atau sekaligus membandingkan suatu gejala atau peristiwa dan factor-faktor yang mempengaruhinya, dari dua atau beberapa kelompok sampel. Setelah mengetahui persamaan dan peredaan penyebab, selanjutnya ditetapkan bahwa sesuatu  factor yang menyebabkan munculnya suatu gejala pada objek yang diteliti itulah sebenarnya yang menyebabkan munclnya gejala tersebut, baik pada objek yang diteliti maupun pada objek yang diperbandingkan.

d.      Studi Korelasi
Studi korelasi ini  pada hakikatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variable pada suatu situasi atau  sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain, atau variable satu dengan variable yang lain. Untuk mengetahui hubungan korelasi antara suatu variable dengan varibel lain tersebut diusahakan dengan mengidentifikasi variable yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antaa keduanya.
        Di dalam uji statistic biasanya menggunakan analisis korelasi. Secara sederhana dapat dilakukan denagn cara melihat skor atau nilai rata-rata dari variable yang satu dengan skor rta-rata dari variable yang lain. Koefisien korelasi yang diperoleh selanjutnya dapat dijadikan dasar untuk menguji hipotesis penelitian yang di kemukakan terhadap  mesalah tersebut, dengan memebuktikan apakah ada hubungan kedua variable tersebut, dan sejauh mana hubungan antara keduanya. Mislanya penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan antara berat badab bayi waktu lahir dengan jumlah paritas dari ibu, hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi anak balita, hubungan antara angka kematian anak balita dengan kelengapan imunisasi, dan sebagainya.

e.      Studi Prediksi
Studi ini digunakan untuk memperkirakan tentang kemungkinan munculnya suatu gejala berdasarkan gejala lain yang sudah muncul dan diketahui sebelumnya. Mislanya memperkirakan  kemungkinan keberhasilan menurunkan angka kematian bayi berdaarkan pada besarnya cakupan imunisasi. Dalam bidang kesehatan, studi prediksi ini digunakan terutama:
a.       Untuk membuat perkiran terhadap suatu atribut dari atribut lain. Mislanya memperkirakan penurunan angka kematian akibat kecelakaan dari berlkunya aturan penggunaan helm bagi pengendara motor.
b.      Untuk membuat perkiraan terhadap suatu atribut dari hasil pengukuran. Misalnya memperkirakan kemungkinan wabah  muntaber dari hasil pemeriksaan air minum penduduk.
c.       Untuk memuat pekiraan terhada suatu pengukuran dari suatu atribut. Misalnya memperkirakan status gizi anak balita dari status social ekonomi orang tua mereka.
d.      Untuk membuat perkiraan terhadap pengukuran dari pengukuran lain. Mislanya memperkirakan skor inteligensi anak dari pengukuran berat badan perumur pada anak.
Dalam melakukan uji statistic bisanya menggunakan analisis regresi. Sebagaimana dengan tenik korelasi, maka dalam prediksi penafsiran analisis statistika didasarkan pada koefisien yang diperoleh. Untuk melihat apakah munculnya suatu gejala ini ada hubungannya dengan gejala lain, dan sampai seberapa besar derajat hubungan tersebut.

f.        Penelitian Evaluasi
Penelitian evaluasi dilakukan untuk menilai suatu program yang sedang atau sudah dilakukan. Misalnya penelitian evaluasi tentang perkembangan pelayanan Puskesmas, penelitian tentang program pemberantasan penyakit menular, penelitina evaluasi tentang program  perbaikan gizi, dan sebagainya. Hasil dari penelitian ini digunakan untuk perbaikan dan atau peningkatan program-program tersebut. Dalam mengolah hasil penelitian evaluasi ini biasanya menggunakan analisis statistic sederhana saja, misalnya analisis persentase.


B.      PENELITIAN SURVEI ANALITIK
Survey analitik adalah survey atau penelitian yang mencoba meggali bagaimana  dan mengapa fenomena kasehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara factor resiko, sedangkan factor resiko adalah suatu fenomena yang mengakibatan terjadinya efek (pengaruh). Merokok adalah suatu factor risiko untuk terjadinya penyakit kanker paru-paru (efek). Hiertensi merupakan salah satu factor risiko dari penyakit jantung (efek).
Dalam penelitian (survey) analitik, dari hasil analisis korelsi dapat diketahui seberapa jauh konstribsi factor risiko tertentu terhadap adanya suatu kejadin tertentu (efek). Secara garis besar survey anaitik ini dibedakan dalam tiga pendkatan (jenis), yakni survey analitik cross sectional, survey anaitik case control (retrospective), dan survey analitik cohort (prospective).



1.       Rancangan Survei Cross  Sectional
Survei cross sectional ialah suat penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan. Halini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati ada waktu yang sama. Penelitian cross sectional ini sering juga disebut penelitian tranversal dan sering digunakan dalam penelitian-penelitian epidemilogi. Dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang lain, metode penelitian ini merupakan yang paling lemah karena penelitian ini paling mudah dilakukan dan sangat sederhaan. Penngertian-pengertian yang perlu dipahami dalam penelitian cross sectional, dan juga untuk jenis penelitian  lain dalam bidang kesehatan masyarakat,  diantaranya.
a.       Penyakit atau masalah kesehatan atau efek.
b.      Factor risiko untuk masalah terjadinya enyakit tersebut, yakni factor peyebab terjadinya penyakit atau masalah esehatan.
c.       Agen penyakit (penyebab penyakit).
Fakor risiko ialah factor-faktor atau keadaan-keadaan yang mepengaruhi perkembangan suatu penyait atau status kesehatan tetentu. Ada dua maca factor risiko, yaitu :
1.       factor risiko yang bersal dari organisme itu sendiri (factor risiko instrinsik). Factor risiko instrinsik ini dibedakan menjadi :
a.       factor jenis kelamin dan usia
beberapa penyakit tertentu berkaitan atau cenderung diderita oleh seseorang dengan jenis kelamin atau usia tertentu. Mislnya gastritis, cenderung diderita oleh kaum pria daripada wanita. Kardiovaskuler cenderng diderita oleh orang berumur lebih dari 40 tahun.
b.      fakor-faktor anatomi atau konstitusi tertentu.
Ada bagian-bagisn tubuh tertentu yag peka terhadap suatu penyakit. Misalnya virus herpes yang menyerang pada bagian syaraf.
c.       factor nutrisi
seseorang yang menderita kurang gizi (malnutrisi) akan rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi, terutama TBC paru dan diare.
2.       factor risiko yang berasl dari lingkunga (fator risiko ekstrinsik yang memudahkan seseorang terjangkit suatu penyakit tertentu. Berdasarkan jenisnyafaktor ekstrinsik ini dapat berupa : keadaan fisik, kimiawi, biologis, psikologis, social budaya, dan perilaku. Misalnya: keadaan perkampungan yang padat penduduk merupakan factor risiko untuk penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Orang-orang yang bekerja di perusahaan yang menggunakan bahan-bahan kimia tertentu mempunyai risiko untuk penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia tersebut. Keadaan yang gaduh, penuh pertentangan, permusuhan dan sebagainya merupakan factor risiko untuk penderita stress.
Factor resiko adalah berbea denga agen (penyebab penyakit). Agen penyakit adalah mikro organism atau kondisi lingkungan yang bereaksi secara langsung pada indivisu sehingga individu tersebut menjadi sakit. Agen merupakan suatu factor yang harus ada untuk terjdinya penyakit. Sedangkan faktoe risiko ialah suatu kondisi yang memungkinkan adanya mekanisme hubungan antara agen penyakit dengan induk semang (host) dan penjamu yaitu manusia, sehingga terjadi efek (sakit). Contoh , baksil micbacterium merupakan “agen” dari penyakit TBC.
Skema
Factor Resiko

 
Hubungan antara agen, factor Risiko, dan Efek (penyakit)
                                                                       
               

Internal
Eksternal
Agen
Penyakit
Manusia
(sebagai Host)
Sakit
 







Sedangkan kondisi lingkungan jelek, rumah yang padat penghuni, tanpa ventilasi dan lembab, meurpakan factor risiko terjadinya kontak antara mycobacterium tersebut engan orang, sehingga terjadi efek (sakit). Seperti telah disebutkan di depan, bahwa  penelitian survey potong silang atau cross sectional adalah suatu penelitian dimana variable- variable yang terasuk factor risiko dan variable-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Oleh sebab itu rancangan (desin) penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Skema
Rancangan penelitian Cross sectional

Populasi
       (sampel)
 
Faktor resiko +                                                                                  Factor Resiko -
                                       
Efek +                 efek -                                                                      Efek +                   Efek –

Dari skema rancanagan tersebut di ats dapt disimpulkan bahwa lagkah-langkah penelitian cross sectional adalah sebagai berikut :
a.       mengidentifikasi subjek penelitian atau populasi dan mengidentifikasi fktor risiko dan factor efek.
b.      Menetapkan subjek penelitian atu populasi dan sampel.
c.       Melakukan observasi atau pengukuran variable-variabel yang  merupakan factor risiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variable pada saat itu (pengumpulan data).
d.      Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran).

Contoh sederhana : ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir (BBL), dengan menggunakan rancangan atau pendekatan cross  sectional.
Tahap pertama: mengidentifiksi variable-variabel yang akan diteliti dan kedudukannya masing-masing :
-          Variable depend (efek) : BBL
-          Variable independen (risiko) : anemia besi
-          Variabel independen (risiko) yang dikendalikan : paritas, umur ibu, perawatan kehamilan, dan sebagainya, dikelompokkan sebagai variable pengganggu (confounding variable)
Tahap kedua : menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya. Subjek penelitian di sini jelas adalah ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi dari daerah mana mereka ini akan diambil, apabila lingkup di rumah sakit umum, rumah sakit bersalin, atau rumah bersalin atau di masyarakat dalam lingkup dsa, kelurahan atau kecamatan. Demikian pula batas waktunya juga ditentukan. Kemudian bagaimana cara pengambilan sapelnya, apakah berdasarkan teknik random atau nonrandom.
Tahap ketiga : melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap variable dependen, independen, dan variable-variabel yang dikendalikan secara bersamaan (dalam waktu yang sama). Caranya, mengukur berat badan bayi yang dilahirkan, memeriksa Hb darah ibu, menanyakan umur, paritas dan variable-variabel kendali yang lain.
Tahap keempat : mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkan antara BBL dan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan diperoleh bukti ada atau tidaknya hubungan antara anemia dengan BBL.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa rancangan penelitian ini mempunyai keunggulan: mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal waktu dan hasinya dapat diperoleh dengan cepat. Disamping itu, dalam waktu yang bersamaan dapat dikumpukan variable yang banya, baik variable risiko maupun variable efek. Namun demikian, rancangan ini memunyai keterbatasan-keterbatasan antara lain :
a.       Diperlukan subjek penelitian yang besar.
b.      Tidak dapat mnggambarkan perkembangan penyakit secara akurat.
c.       Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan.
d.      Kesimpulan korelasi factor risiko dengan factor efek palinglemah bila dibandingkan dengan dua rancangan penelitian cross sectional yang lain.

2.       Rancangan Survei Case Control
Penelitian case control atau kasus control adalah suatu penelitian (survey) analtik yang menyangkut bagaimana faktoe risiko dipelajari denagn menggunakan pendekatan retospektif. Dengan kata lain , efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian factor risiko diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu. Rancangan penelitian case control ini data digambarkan sebagai berikut :
Skema
Rancangan Penelitian Case Control
Faktor risiko +
                                                        Retrospektif                       Efek +
                                                        ( Kasus)
Factor risiko -

                                                                                                                                        Populasi
                                                                                                                                        (sampel)
Factor risiko +
                                                        Retrosprktif                        Efek –
                                                        (control)
Factor risiko –
Tahap tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut :
a.       Identifikasi variable-variabel penelitian (factor resiko dan efek)
b.      Menetapkan subjek penelitian (populasi dan sampel)
c.       Identifikasi kasus.
d.      Pemilihan subjek sebgi control.
e.      Melakukan pengukuran retrospektif (melihat kebelakang) untuk melihat factor risiko.
f.        Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi  aantara variable-variabel objek penelitian dengan variable-variabel control.
Conoh sederhana : peneliti ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi (kekurangan gizi) pada anak balita dengan perilaku pemberian makanan oleh ibu.
Taha pertama : mengidentifikasi varabel dependen (efek) dan variable-variabel independen (factor risiko) :
-          Variable dependen : anak yang malnutrisi (kasus).
-          Variabel independen : perilaku ibu dalam memberikan makanan.
Variable independen yang lain : pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak dan sebagainya.
Tahap kedua :menetapkan subjek penelitian yaitu populasi dan sampel penelitian. Subjek penelitian isini adalah pasangan ibu dan anak balitanya.  Namun demikian, perlu dibatasi pasangan ibu dan balita daerah mana yang dianggap menjasi populasi dan sampel penelitian ini.
Tahap ketiga: mengidentifikasi kasus, yaitu anak balita yang menderita melnutrisi. Yang  dimaksud kasus ini adalah anak balita yang memenuhi criteria malnutrisi yag telah ditetapkan misalnya berat per umurnya kurang dari 75% standar Harvart. Kasus diambil dari populasi yang tealah ditetapkan.
Tahap keempat: pemilihan subjek sebagai control yaitu pasangan ibu-ibu dengan anak balita mereka yang tidak menderita malnutrisi . Pemilihan control hendaknya didasarkan pada kesamaan karakteristik subjek pada kasus. Misalnya cirri-ciri masyarakatnya, social ekonominya, letak geografisnya, dan sebagainya. Pada kenyataannya memang suit untuk memilih kelompok kasus. Oleh sebab itu sebagian besar cirri-ciri tersebut kiranya dapat dianggap mewakili.
Tahap kelima : melakukan pengukuran  secara retrospekif yaitu dari kasus (anak balita yang malnutrisi) dan dari control (anak yang tidak malnutrisi) itu diukur atau ditanyakan kepada ibunya dengan menggunakan metode recall mengenai perilaku atau kebiasaan memberikan makanan kepada anaknya. Recall di sini maksudnya menanyakan kepada ibu anak balita kasus tentang jenis-jenis makanan serta jumlahnya yang diberikan kepada anak balita selama periode tertentu. Biasanya menggunakan meetode 24 jam (24 hours recall).
Tahap keenam: melakukan pengolahan dan analisa data. Analisa data dilakukan dengan membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan yang kurang baik dalam hal memberikan makanan kepada anaknya pada kelompok kasus, dengan proporsi prilaku ibu yang sama pada kelompok control. Dari sini akan diperoleh bukti ada atau tidak adanya hubungan antara perilaku pemberian makanan dengan malnutrisi pada anak balita.

Kelebihan Rancangan Penelitian Case Control  
a.       Adaya kesamaan ukuran waktu antara kelompok kasus dengan kelompok control.
b.      Adanya pembatasan atau pengadilan factor risiko sehingga hasil penelitian lebih tajam disbanding dengan hasil rancangan cross sectional.
c.       Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau cohort.
d.      Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis).
Kekurangan Rancangan Penelitian Case Control
a.       Pengukuran variable yang retrospektif, objektivitas, dan reabilitasnya kurang karena subjek penelitian harus mengingat kembali factor-faktor risikonya.
b.      Tidak dapat diketahui efek variable luar karena secara teknis tidak dapat dikendalikan.
c.       Kadang-kadang sulit memilih control yang benar-benar sesuai dengan kelompok kasus karena banyaknya  factor risiko yang harus dikendalikan.

3.       Rancangan Survei Cohort
Penelitian cohort atau sering disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian survey (noneksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara factor risiko  dengan efek (penyakit). Seperti telah diuraikan sebelumya, penelitan cohort adalah sutu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor risiko dengan  efek melalui pendekatan longitudinal ke depan atau prospektif. Artinya, factor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu, kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek, yaitu enyakit atau salah satu indikator status kesehatan.
Kesimpulan hasil penelitian ini akan membandingkan proporsi subjek yang menjadi sakit (efek positif) antara kelompok subjek yang diteliti dengan factor risiko positif  dengan kelompok subjek dengan factor risiko negative (kelompok control).
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian cohort antara lain sebagai berikut:
a.       Identifikasi factor-faktor risiko dan efek.
b.      Meenetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan sampel).
c.       Pemilihan subjek dengan factor risiko positif dri subjek dengan efek negative.
d.      Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok control.
e.      Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan, selanjutnya megidentifikasi timbul atau tidaknya efek pada kedua kelompok tersebut.
f.        Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek positif dengan subjek yang mendapat efek negative baik pada kelompok risiko positif mauun kelompok berisiko negative (control).




Skema
Rancangan penelitian Cohort
                                                                                                                                        Efek +
                                                        Factor risiko + - Prospektif
                                                                                                                                        Efek –
Populasi (Sampel)
                                                                                                                                        Efek +
                                                        Factor Risiko - - Prospektif
                                                                                                                                                                Efek –
                        Contoh sederhana:  penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan antara cancer (Ca) paru (efek) dengan merokok (risiko) dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif.
                        Tahap pertama : mengidentifikasi factor efek ( variable dependen) dan risiko (variable independen) serat variable-variabel pengendali (variable control).
                                                Variable dependen         : Ca Paru
                                                Variable  independen    : orang yang merokok (reesponden)
                                                Variable pengendali        : umur,pekerjaan dan sebagainya dari responden.
                        Tahap kedua : menetapkan subjek penelitian yaitu populasi dan sampel penlitian. Misalnya yang menjadi populasi adalah semua pria di suatu wilayah atau tempat tertentu, dengan umur antara 40 sampai dengan 50 tahun. Baik yang merokok maupun yang tidak merokok.
                        Tahap ketiga : mengidentifikasi subjek yang merokok (risiko positif) dari populasi tersebut, dan juga mengidentifikasi subjek yang tidak merokok (risiko negative) sejumlah yang kurang lebih sama  dengan kelompok-kelompok merokok.
                        Tahap keempat: mengobservasi perkembangan efek pada kelompok orang-orang yang merokok (resiko positif) dan kelompok orang yang tidak merokok (control) sampai pada waktu tertentu, mialnya selama 10 tahun ke depan, untuk mengetahui adanya perkembangan atau terjadinya Ca Paru.
                        Taha kelima : mengoalah dan menganalisis data. Analisis dilakukan dengan proporsi orang-orang yang tidak menderita Ca Paru dengan proporsi orang-orang yang tidak menderita Ca Paru, di antaranya kelompok perokok dan kelompok tidak perokok.
                       

Beberapa keunggulan penelitian Cohort
a.       Dapat megukur komparabilitas antara dua kelompok (kelompok subjek dan kelompok control ) sejak awal penelitian.
b.      Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka risiko dari suatu waktu ke waktu yang lain.
c.       Ada keseragaman observasi, baik terhadap factor risiko maupun efek dari waktu ke waktu.

Keterbatasan Penelitian Cohort
a.       Memerlukan waktu yang lama.
b.      Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit.
c.       Kemungkinan adanya subjek penelitian yng drop out dan akan mengganggu analisis data.
d.      Karena factor resiko yang ada pada subjek akan diamati sampai  terjadinya efek (mungkin penyakit) maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.
                               
Metode Penelitian Yang Lain
1.       Studi penelaahan Kasus (case study)
Studi kasus dilakukan dengan cara menliti suatu permasalahan melalui sutu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat berate satu orang, sekelompok penduduk, yang terkena suatu masalah, misalnya keracunan atau sekelompok masyarakat di suatu daerah. Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, factor-faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu. Meskipun di dalam studi kasus ini yang diteliti hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendaam, meliputi berbagai aspek yang cukup luas, srta penggunaan berbagai teknik secara intregratif.

2.       Studi Perbandingan (Comparative Study)
Penelitian dengan menggunakan metode studi perbandingan dilakukan dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan sebagai fenomena untuk mencari factor-fakto apa, atau situasi bagaimana yang mnyebabkan timbulnaya suatu peristiwa tertentu. Studi ini dimulai dengan mengadakan pengumpuan fakta tentang factor-faktor yang menyebabkan timbulnya suatu gejala tertentu, kemudian dibandingkan dengan situasi lain, atau sekaligus membandingkan suatu gejala atau peristiwa dan factor-faktor yang mempengaruhinya, dari dua atau beberapa kelompok sampel. Setelah mengetahui persamaan dan peredaan penyebab, selanjutnya ditetapkan bahwa sesuatu  factor yang menyebabkan munculnya suatu gejala pada objek yang diteliti itulah sebenarnya yang menyebabkan munclnya gejala tersebut, baik pada objek yang diteliti maupun pada objek yang diperbandingkan.

3.       Studi Korelasi (Correlation Study)
Studi korelasi ini  pada hakikatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variable pada suatu situasi atau  sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain, atau variable satu dengan variable yang lain. Untuk mengetahui hubungan korelasi antara suatu variable dengan varibel lain tersebut diusahakan dengan mengidentifikasi variable yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antaa keduanya.
Dalam uji statistic biasanya menggunakan analisis korelasi. Secara sederhana dapat dilakukan denagn cara melihat skors atau nilai rata-rata dari variable yang satu dengan skors rata-rata dari variable yang lain. Koefisien korelasi yang diperoleh selanjutnya dapat dijadikan dasar untuk menguji hipotesis penelitian yang di kemukakan terhadap  mesalah tersebut, dengan membuktikan apakah ada hubungan kedua variable tersebut, dan sejauh mana hubungan antara keduanya. Mislanya penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan antara berat badab bayi waktu lahir dengan jumlah paritas dari ibu, hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi anak balita, hubungan antara angka kematian anak balita dengan kelengkapan imunisasi, dan sebagainya.

4.       Studi Prediksi
Studi ini digunakan untuk memperkirakan tentang kemungkinan munculnya suatu gejala berdasarkan gejala lain yang sudah muncul dan diketahui sebelumnya. Mislanya memperkirakan  kemungkinan keberhasilan menurunkan angka kematian bayi berdaarkan pada besarnya cakupan imunisasi. Dalam bidang kesehatan, studi prediksi ini digunakan terutama:
a.       Untuk membuat perkiran terhadap suatu atribut dari atribut lain. Mislanya memperkirakan penurunan angka kematian akibat kecelakaan dari berlkunya aturan penggunaan helm bagi pengendara motor.
b.      Untuk membuat perkiraan terhadap suatu atribut dari hasil pengukuran. Misalnya memperkirakan kemungkinan wabah  muntaber dari hasil pemeriksaan air minum penduduk.
c.       Untuk memuat pekiraan terhada suatu pengukuran dari suatu atribut. Misalnya memperkirakan status gizi anak balita dari status social ekonomi orang tua mereka.
d.      Untuk membuat perkiraan terhadap pengukuran dari pengukuran lain. Mislanya memperkirakan skor inteligensi anak dari pengukuran berat badan perumur pada anak.
Dalam melakukan uji statistic bisanya menggunakan analisis regresi. Sebagaimana dengan tenik korelasi, maka dalam prediksi penafsiran analisis statistika didasarkan pada koefisien yang diperoleh. Untuk melihat apakah munculnya suatu gejala ini ada hubungannya dengan gejala lain, dan sampai seberapa besar derajat hubungan tersebut.

5.       Penelitian Evaluasi
Penelitian evaluasi dilakukan untuk menilai suatu program yang sedang atau sudah dilakukan. Misalnya penelitian evaluasi tentang perkembangan pelayanan Puskesmas, penelitian tentang program pemberantasan penyakit menular, penelitina evaluasi tentang program  perbaikan gizi, dan sebagainya. Hasil dari penelitian ini digunakan untuk perbaikan dan atau peningkatan program-program tersebut. Dalam mengolah hasil penelitian evaluasi ini biasanya menggunakan analisis statistic sederhana saja, misalnya analisis persentase.

C.      PENELITIAN EKSPERIMEN
Penelitian eksperimen atau percobaan (eksperimental research) adalah suatu penelitian dengan melakukan percobaan  (eksperiment), yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu atau eksperimen tersebut. Ciri khusus dari penelitian  eksperimen adalah adanya percobaan atau trial atau intervensi. Percobaan ini berupa perlakuan atau intervensi terhadap suatu variable. Dari perlakuan tersebut diharapkan terjadi perubahan atau pengaruh terhadap variable lain.
Semula peneitian percobaan ini hanya dilakukan pada bidang science atau sains ( ilmu pengetahuan eksakta) saja, tetapi lambat laun berkembang, sehingga sampai saat ini penelitian eksperimen juga dilakukan pada penelitian bidang ilmu-ilmu sosil, ilmu pndidikan dan ilmu kesehatan.
Tujuan utama penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengadakan intervensi dan mengenakan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil (akibat) dari intervensi tersebut dibandingkan dengan kelompok yang tidak dikenakan perlakuan (kelompok control).
1.       Langkah-langkah Penelitian eksperimen
a.       Melakukan tinjauan literature, terutama yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti
b.      Mengidentifikasi dan membatasi masalah penelitian.
c.       Erumuskan hipotesis-hipotesis enelitian.
d.      Menyusun rencana eksperimen, yang biasanya mencakup:
1.       Menentukan variable bebas dan variable terikat (variable independent and dependen variables), yakni variable yang akab  diukur perubahannya setelah adanya intervensi atau perlakuan.
2.       Memilih desain atau model eksperimen yang akan digunakan.
3.       Menentukan sampel.
4.       Menyusun metode atau model eksperimen dan alat ukur.
5.       Menyusun outline prosedur pengupulan data.
6.       Menyusun hipotesis
e.      Melekukan pengumpulan data tahap pertama.
f.        Melakukan eksperimen atau percobaan.
g.       Mengumpulkan data tahap kedua (posttes).
h.      Menyusun laporan.
Pada umumnya penelitian eksperimen ini hanya menggunakan sampel yang relative kecil, bila dibandingkan dengan besarnya populai. Oleh karena itu, hasil penelitian eksperimen ini diolah dan dianalisis dengan uji statistic yang cermat sehingga dapat dilakukan generalisasi yang memadai.




2.       Control
Dalam penelitian eksperimen sering digunakan control dan yang dimaksud dengan control dalam hal ini ialah suatu kelompok atau individu yang tiddak dikenai perlakuan atau percobaan. Control di dalam penelitian eksperimen ini sangat penting untuk melihat perbedaan perubahan variable terpengaruh antara kelompok yang dikenai perlakuan dengan yang tidak dikenai perlakuan (control).
Factor-faktor yang dikontrol dlam eksperimen ini meliputi :
a.       Sasaran atau objek yang diteliti (diamati).
b.      Peneliti atau orang melakukan percobaan.
c.       Variable bebas (independent variables), yaitu kondidi munculnya variable terikat.
d.      Variable terikat (dependent variables), yaitu variable yang akan terpengaruhi/berubah setelah dikenakan perlakuan atau percobaan.
e.      Kelompok eksperimen dan kelompok control.
f.        Populasi dan sampel.
g.       Skor rata-rata (mean) hasil tes.

Dalam penelitian eksperimen, control mempunyai peranan yang sangat penting, antara lain:
a.        Untuk mencegah munculnya factor-faktor yang sebenarnya tidak diharapkan berpengaruh terhadap variable pengikat.
b.      Untuk membedakan berbagai variable yang tidak diperlukn dari variable yang diperlukan.
c.       Untuk menggambarkan secara kuantitatif hubungan antara variable bebas  dengan variable terikat, dan sejauh mana  tingkat hubungan antara kedua variable tersebut.

3.       Validitas penelitian eksperimen
Dalam penelitian eksperimen, terutama eksperimen semu (quasi ekseriment) selalu dipertanyakan mengenai validitasnya, baik validitas internal maupun validits eksternal.
a.       Validitas internal
Validitas internal berhubungan dengan ketepatan mengidentifikasi perubahan variable-variabel keluaran (hasil eksperimen) tersebut, hanya sebai akibat dari adanya perlakuan (eksperimen). Dengan kata lain, seberapa jauh hasil atau perubahan yang terjadi pada variable terikat tersebut sebagai pengaruh atau akibat dari adanya perlakuan atau eksperimen (terutama eksperimen semu). Banyak factor yang mempengaruhi terhadap internal validitas ini sehingga dapat mengganggu hasil eksperimen. Factor-faktor yang mempengaruhi atau mengganggu validitas tersebut dapat disebut sebagi ancaman-ancaman validitas internal, antara lain:
1.       Sejarah (History)
Peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu kadang-kadang dapat berpengaruh terhadap variable keluaran (variable terikat). Oleh karena itu terjadi perubahan variable terikat, kemungkinan bukan sepenuhnya disebabkan karena perlakuan atau eksperimen, tetapi juga dipengaruhi oleh factor sejarah atau pengalaman subjek penelitian terhadap masalah yang dicobaka, atau maslah-masalah lain yang berhubungan dengan eksperimen tersebut. 
2.       Kematangan (Maturitas)
Manusia, binatang, atau makhluk hidup yang lainnya sebagai subjek penelitian selalu mengalami perubahan. Pada manusia perubahan berkaitan dengan proses kematangan atau maturitas, baik secara biologis maupun psikologis. Dengan bertambahnya ematangan pada subjek ini akan berpengaruh terhadap variable terikat. Dengan demikian, maka perubahan yang terjadi pada variable terikat  bukan saja karena adanya eksperimen, tetapi juga disebabkan karena proses kematangan pada subjek yang mendapatkan perlakuan atau eksperimen.
3.       Seleksi (Selection)
Dalam memilih anggota kelompk eksperimen dan kelompok control bisa terjadi perbedaan ciri-ciri atau sifat-sifat anggota kelompok satu dengan kelompok lainnya. Misalnya anggota-anggota kelompok eksperimen lebih tinggi pendidikannya dibandingkan dengan anggota-anggota kelompok control sehingga sebelum diadakan perlakuan sudah terjadi pengaruh yang berbeda terhadap kedua kelompok tersebut. Setelah adanya perlakuan pada kelompok eksperimen, maka besarnya perubahan variable terikat yang terjadi mendapat gangguan dari variable pendidikan tersebut. Dengan kata lain, perubahan yang terjadi pada variable terikat  tidak saja karena pengaruh perlakuan, tetapi juga karena pengaruh pendidikan.
4.       Prosedur Tes (Testing)
Pengalaman pada pretest dapat mempengaruhi hasil posttest, karena kemungkinan para subjek penelitian dapat mengingat kembali jawaban-jawaban yang salah pada waktu pretest. Dan kemudian pada waktu posttest subjek tersebut dapat memperrbaiki jawabannya. Oleh sebab itu, perubahan variable terikat tersebut buan karena hasil eksperimen saja, melainkan juga karena pengaruh dari pretest.
5.       Instrumen (Instrumentation)
Alat ukur atau  alat engumpul data (instrumen) pada pretest biasanya digunakan lagi pada posttest. Hal ini sudah tentu akan berpengaru terhadap hasl posttest tersebut. Dengan perkataan lain, perubahan yang terjadi pada variable terikat, tidak disebabkan oleh perlakuan atau eksperimen saja, tetapi juga karena pengaruh instrument.
6.       Mortalitas (Mortality)
Pada proses dilakukan eksperimen atau pada waktu antara pretest dan posttest sering terjadi subjek yang drop out baik karena pindah, sakit, ataupun meninggal dunia. Hal ini juga akan berpengaru terhadap hasil eksperimen.
7.       Regresi ke Arah Nilai Rata-rata (Regresion Toward the Mean)
Ancaman ini terjadi karena adanya nilai-nilai ekstrem tinggi maupun ekstrem rendah dari hasil pretest (pengukuran pertama), cenderunguntuk tidak ekstrem lagi pada posttest (pengukuran kedua), namun biasanya mendekati nilai rata-rata. Perubahan yang terjadi  pada variable terikat tersebut adalah bukan perubahan yang sebenarnya, melainkan merupakan perubahan semu. Oleh sebab itu regresi ke arah nilai rata-rata ini juga disebut regresi semu.
Untuk mempertinggi validitas internal dari hasi penelitian  eksperimen ini, maka  factor-faktor tersebut harus dikontrol, atau  diwaspadai dan diupayakan sehingga mungkin mengganggu vaiditas internal.

b.      Validitas Eksternal
4.         
D.      PENELITIAN KLINIK

a.  Validitas eksternal

Validitas eksternal ini berkaitan dengan kemungkinan generalisasi dari hasil eksperimen tersebut. Hal ini berarti, apakah hasil eksperimen tersebut terjadi pula, apabila eksperimen yang sama dilakukan pada populasi lain. Dengan kata lain, seberapa jauhkah representative penemuan-penemuan penelitian ini, dan seberapa jauh hasil-hasil penelitian tersebut dapat digeneralisasikan kepada subjek-subjek atau kondisi-kondisi yang serupa atau semacam. Untuk mengontrol validitas eksternal ini per;lu dilakukan pengujian-pengujian terhadap factor-faktor berikut:

1.       Efek seleksi Berbagai  “Bias”
Karakteristik anggota kelompok atau sampel eksperimen menentukan sekali terhadap generalisasi yang diperoleh. Kekeliruan dalam memilih anggota sampel dapat mengganggu hasil eksperimen. Oleh sebab itu, agar sampel yang diambil dapat representative terhadap populasi perlu dilakukan identifikasi dan control yang tepat.

2.       Efek pelaksanaan Pretest
Pretest banyak mempengaruhi variabel eksperimen, sedang pretest hanya dilakukan terhadap sampel. Oleh karena itu, generalisasi yang diperoleh dari pelaksanaan eksperimen terhadap sampel, kemungkinan tidak dapat berlaku untuk seluruh populasi sebab hanya   angota sampel yang mengalami pretest. Untuk menghindari akibat dari pelaksanaan pretest yang dapat mempengaruhi generalisasi, perlu dilakukan konntrol yang cermat dalam pelaksanaan pretest sehingga tidak mempunyai pengaruh terhadap perlakuan yang menjadi dasar membuat generalisasi.

3.       Efek prosedur Eksperimen
Eksperimen yang dilakukan terhadap anggota-anggota sampel yang menyadari bahwa dirinya sedang dicoba atau dieksperimen, menyebabkan generalisasi yang diperoleh tidak berlaku bagi populasi karena adanya perbedaan pengalaman antara anggota sampel dengan anggota populasi. Oleh s ebab itu, perlu dilakukan control terhadap pengaruh prosedur eksperimen tersebut.

4.       Gangguan penanganan Perlakuan Berganda
Jika subjek pada kelompok eksperimen dipaparkan terhadap perlakuan dua kali atau lebih secara berturut-turut, maka perlakuan yang terdahulu mempunyai efek terhadap yang berikutnya. Hal ini menyebabkan perlakuan terakhir yang muncul dipengaruhi oleh perlakuan sebelumnya. Jadi generalisasi yang diperoleh hanya berlaku bagi subjek yang mempunyai pengalaman dengan pelaksanaan dan pemunculan perlakuan ganda secara berturut-turut.

a.    Desain (rancangan) penelitian eksperimen
Rancangan penelitian eksperimen dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
1.      Rancangan-rancangan praeksperimen (pre experimental designs)
2.      Rancangan-rancangan eksperimen sungguhan (true experimental designs).
3.      Rancangan-rancangan eksperimen semu (quasi experimental designs).
Disebut eksperimen semu karena syarat-syarat sebagai penelitian eksperimen tidak cukup memadai. Syarat-syarat pokok yang tidak dapat dipenuhi oleh penelitian eksperimen semu adalah :
1.      Tidak adanya randomisasi (randomization), yang berrati pengelompokan anggota sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok control tidak dilakukan dengan random atau acak.
2.      Control terhadap variabel-variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen tidak dilakukan, karena eksperimen ini biasanya dilakukan di masyarakat, sehingga sulit untuk mengontrolnya seperti di laboratorium.
Dalam penelitian eksperimen sering digunakan symbol-simbol atau lambing-lambang sebagai berikut:
R    = Randomisasi (randomization)
0 1 = Pengukuran pertama (pretest)
X    = Perlakuan atau eksperimen
0 2 = Pengukuran kedua (posttest)
b.      Rancangan Praeksperimen
1.    Posttest Only Design
Dalam rancangan ini perlakuan atau intervensi telah dilakukan (X), kemudian dilakukan pengukuran (observasi) atau posttest (02). Selama tidak ada kelompok control, hasil 02 tidak mungkin dibandingkan dengan yang lain. Rancangan ini sering juga disebut “The One Shot Case Study”. Hasil observasi ini (02) hanya memberikan informasi yang bersifat deskriptif. Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
                                                Eksperimen                             Posttest
   X                                                          02
 
 



Dalam rancangan ini sama sekali tidak ada control dan tidak ada internal validitas. Difatnya yang cepat dan mudah, menyebabkan rancangan ini sering digunakan untuk meneliti suatu program yang inovatif, misalnya dalam bidang pendidikan kesehatan. Di samping itu raaancangan ini tidak mempunyai dasar untuk melakukan komparasi atau perbandingan. Oleh sebab itu kesimpulan yang dipeproleh dapat menyesatkan.
Namun demikian, rancangan ini mempunyai keuntungan antara lain, dapat digunakan untuk menjajagi masalah-masalah yang diteliti atau mengembangkan gagasan-gagasan atau metode-metode atau alat-alat tertentu.


2.                       Rancangan One Group Pretest Posttest
Rancangan ini juga tidak ada kelompok pembanding (control), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (program). Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut:



Pretest                         Perlakuan                    Posttest
01                                               X                                           02
 
 



Kelemahan rancangan iniantara lain atidak ada jaminan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen karena intervensi atau perlakuan. Tetapi perlu dicatat bahwa rancangan ini tidak terhindar dari berbagai macam (kelemahan) terhadap validitas, misalnya sejarah, testing, dan instrument.

3.    Perbandingan Kelompok Statis (Statis Group Comparison)
Rancangan ini seperti rancangan pertama, hanya bedanya menambahkan kelompok control atau kelompok pembanding. Kelompok eksperimen menerima perlakuan (X) yang diikuti dengan pengukuran kedua atau observasi ()@). Hasil observasi ini kemudian dikontrol atau dibandingkan dengan hasil observasi pada kelompok control, yang tidak menerime program atau intervensi. Rancangan ini dapat diiludtrasikan sebagai berikut:
  X                                           02
                                                 02
 
                                                            Perlakuan                    Posttest
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol

Dengan rancangan ini, beberapa factor pengganggu seperti history, maturation, testing, dan instrumentation, dapat dikontrol walaupun tidak dapat diperhitungkan efeknya.


c.       Rancangan Eksperimen Sungguhan (True Eksperiment)
1.      Rancangan Pretest Posttest dengan Kelompok Kontrol (Pretest-Posttest with Control Group)
Dalam rancangan ini dilakukan randomisasi, artinya pengelompokkan angota-anggota kelompok control dan kelompok eksperimen dilakukan berdasarkan acak atau random. Kemudian dilakukan pretest (01) pada kedua kelompok tersebut, dan diikuti intervensi (X) pada kelompok eksperimen. Setelah beberapa waktu dilakukan Posttest (02) pada kedua kelompok tersebut. Bentuk rancangan ini sebagai berikut:

                                          Pretest             perlakuan                    Posttest
 01                                x                                           02
01                                                                              02
 
R (Kel. Eksperimen)
                                            
R (Kel. Kontrol)

Dengan randomisasi (R), maka kedua kelompok mempunyai sifat yang sama sebelum dilakukan intesvensi (perlakuan). Karena kedua kelompok sama pada awalnya, maka perbedaan hasil posttest (02)  pada keduakelompok tersebut dapat disebut sebagai pengaruh dari intevensi atau perlakuan. Rancangan ini adalah salah satu rancangan yang tekuat dalam mengontrol ancaman-ancaman terhadap validitas.
Tetapi ancaman ini sulit dilaksanakan di lapangan karena biasanya sulit atau bahkan tidak mungkin melakukan randomisasi. Di samping  itu, dari segi etika atau aspek lain, sering tidak mungkin melakukan intervensi pada kelompok yang satu dan tidak melakukan intevensi pada kelompok yang lain. Rancangan ini dapat diperluas, dengan melibatkan lebih dari satu variabel bebas. Dengan kata lain, perlakuan dilakukan pada lebih dari satu kelompok, dengan bentuk perlakuan yang berbeda. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut”

                 


                                                                              Pretest                Perlakuan                 Posttest
 01                              X (a)                                   02
01                               X (b)                                  02
01                                                                           02
 
R (Kel. Eksperimen a)

R ( kel. Eksperimen b)

R (Kel. Kontrol)                                          

Pada rancangan ini, kesimpulan-kesimpulan mengenai efek perbedaan antara program (intervensi) satu dengan lainnya dapat dicapai tanpa menggunakan kelompok control.

2.      Rancangan Randomized Salomon Four Group
Rancangan ini dapat mengatasi kelemahan eksternal validitas yang ada pada rancangan randomized control group pretest posttest. Apabila pretest mungkin mempengaruhi subjek sehingga mereka menjadi lebih sensitive terhadap perlakuan (X) dan mereka bereaksi secara berbeda dari subjek yang tidak mengalami pretest, maka eksternal validitas terganggu, dan kita tidak dapat membuat generalisasi dari penelitian itu untuk populasi. Demikian pula kalau ada interaksi antara pretest dengan perlakuan (X). rancangan salomon ini dapat mengatai masalah, ini dengan menammbah kelompok ke 3 (dengan perlkauan, tanpa pretest) dank e 4 (tanpa perlakuan, tanpa pretest). Bentuk rancangan ini sebgai berikut:
                                                                              Pretest             Perlakuan                    Posttest
 01                            x                                            02
01                                                                           02
                                  X                                           02
                                                                                02


 
R (Kel. Eksperimen)

R ( Kel. Kontrol)

R (Kel. Kontrol)
R (Kel. Kontrol)         
3.      Rancangan Posttest dengan Kelompok Kontrol (Posttest Only Control Group Design)
Rancangan ini juga merupakan eksprimen sungguhan dan hamper sama dengan rancangan yang telah dibicarakan sebelumnya, hanya bedanya diadakanpretest. Karena kasus-kasus telah dirandomisasi baik pada kelompok tersebut dianggap sama sebelum dilakukan perlakuan. Bentuk rancangan ini sebagi berikut:
                             
                                                                              Perlakuan                    Posttest
   X                                          02
                                                02
 
R (Kelompok Eksperimen)

R ( Kelompok Kontrol)

Dengan rancangan ini, memungkinkan peneliti mengukur pengaruh perlakuan (intevensi) pada kelompok eksperimen dengan cara membendingkan kelompok tersebut dengan kelompok control. Tetapi rancangan ini tidak memungkinkan peneliti untuk menentukan sejauh mana atau seberapa besar perubahan itu terjadi, sebab pretest tidak dilakukan untuk menentukan data awal.


d.      Rancangan Eksperimen Semu (Quasi Eksperimen Design)
Seperti telah disebutkan tedahulu, penelitian lapangan sulit untuk melakukan randomisasi. Oleh sebab itu penelitian lapangan pada umumnya tidak menggunakan rancangan eksperimen sungguhan. Untuk penelitian lapangan, biasanya menggunakan rancangan ekspeerimen semu (quai eksperiment).  Desain ini tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas. Disebut eksperimen semu karena eksperimen ini belum atau idak memiliki cirri-ciri rancangan eksperimen sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi tidak dapat atau sulit dilakukan. Oleh sebab itu, validitas penelitian menjadi kurang cukup untuk disebut sebagai eksperimen yang sebenarnya.
Oleh karena perbedaan utama antara penelitian eksperimen sungguhan (true eksperiment) dan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) terletak pada randomisasi (randomization), maka rancangan penelitian eksperimen sungguhan tersebut di atas juga dapat digunakan sebagai rancangan pebelitian eksperimen semu, tanpa atau tidak menggunakan symbol ® atau (Randomization). Rancangan-rancangan baik penelitian eksperimen sungguhan maupun eksperimen semu dapat diperluas dengan rancangan-rancangan yang lain, sebgai beikut:
1.      Rancangan Rangkaian Waktu (Time Series Design)
Rancangan ini seperti rancangan pretest posttest, kecuali mempunyai keuntungan dengan melakukan observasi (pengukuran yang berulang-ulang), sebelum dan sesudah perlakuan. Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut:
                  Pretest                 Perlakuan                Posttest
 01    02    03    04                         x                       05   06   07    08
 
 



Dengan menggunakan serangkaian observasi 9tes), dapat memungkinkan validitasnya lebih tinggi. Karena pada rancangan pretes posttest, kemungkinan hasil 02 dipengaruhi oleh factor lain di luar perlakuan sangat besar. Sedangkan pada rancangan ini, oleh karena observasi dilakukan lebih dari satu kali (baik sebelum maupun sesudah perlakuan), maka pengaruh factor luar tersebut dapat dikurangi.


2.      Rancangan Rangkaian Waktu dengan Kelompok Pembanding (Control Time Series Design)
Pada dasarnya rancangan ini adalah rancanngan rangkaian waktu, hanya saja menggunakan kellompok pembanding (control). Rancangan ini lebih memungkinkan adanya control terhadap validitas internal sehingga keuntungan dari rancangan ini lebih menjamin adanya validitas internal yang tinggi. Bentuk rancangan tersebut adalah sebagaimana tercantum sebai barikut:

                                                      Pretest             perlakuan                    Posttest
01   02   03              x                     04  05  06  07
01   02   03              x                     04  05  06  07
 
Kel. Eksperimen   

Kel. Kontrol



3.      Rancangan Non Equivalent Control Group
Dalam penelitian lapangan, biasanya lebih dimungkinkan untuk membandingkan hasil intervensi program kesehatan dengan suatu kelompok control yang serupa, tetapi tidak perlu kelompok yang benar-benar sama. Misalnya, kita akan melakukan studi tentang pengaruh pelatihan kader terhadap cakupan Posyandu. Kelompok yang akan diberikan peltihan, tidak mungkin sama betul dengan kalompok kader yang tidak akan diberi pelatihan (kelompok control). Bentuk rancangan ini dapat digambarkan sebai berikut
                                                      Prosttest              Perlakuan                Pretest
    01                                  X                                  02
    01                                  X                                  02
 
kelompok Eksperimen

kelompok Kontrol


rancangan ini disebut Non equivalent control group dan sangat digunakan untuk evaluasi program pendidikan kesehatan atau pelatihan-pelatihan lainnya. Di samping itu rancangan ini juga baik untuk membandingkan hsil intevensi program kesehatan di suatu kecamatan atau desa, dengan kecamatan atau desa lainnya. Dalam rancangan ini, pengelompokan anggota sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok control tidak dilakukan secara random atau acak. Oelh sebab itu rancangan ini sering disebut juga non randomized group pretest postets design.
4.      Rancangan Separate Sample Pretest Posttest
Rancangan ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian kesehatan dan keluarga beencana. Pengukuran pertama (pretest) dilakukan terhadap sampel yang dipilih secara acak dari populasi tetentu. Kemudian dilakukan intevensi atau program pada seluruh populasi tersebut. Selanjutnya, dilakukan pengukuran kedua (posttest0 pada kelompok sampel yang lain, yang juga dipilih secara acak (random) dari populasi yang sama. Rancangan ini snagat baik untuk menghindari pengaruh atau efek dari “pretest”, meskipun tidak dapat mengontrol “sejarah”, “maturitas”, dan “instrument”. Rancangan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
                                                                  Pretest             Perlakuan        Posttets
01                                      x             
x                              02
 
Kel. Eksperimen

Kel. Control

Disamping keempat rancangan eksperimen semu ini, rancangan-rancangan eksperimen sungguhan (true experiment) juga dapat digunakan dalam penelitian eksperimen semu, hanya symbol R (randomisasi) tidak dilakukan atau diabaikan.

e.      Aplikasi Penelitian Eksperiemen Dalam Kesehatan
Secara garis bedar penerapan metode penelitian eksperimen di bidang kesehatan ini ada dua bentuk, yaitu: penelitian intevensi dan penelitian klinik atau lebih dikenal dengan clinical trial. Penelitian intervensi yang sebenarnya mirip bahkan sama dengan penelitian eksperimen telah di uraikan tadi. Tetapi, sebagai tambahan penjelasan diuraikan secara singkat di bawah ini, sedangkan clinical trial diuraikan dalam bab lain dalam buku
1.      Penelitian intervensi
Lain halnya dengan penelitian klinik yang digunakan di kalangan klinik medi, penelitian intervensi ini digunakan dalam bidang kesehatan masyarakat (public health). Dengan kata lain, penelitian intervensi adalah penelitian eksperimental yang dikenakan pada masyarakat sebagai kesatuan himpunan subjek. Peneliti melakukan menipulasi atau memberikan perlakuan bukan dengan pendekatan subjek secara individual seperti pada penelitian klinik, melainkan dengan pndekatan kelompok. Perlakuan diberikan dalam wujud apket yang dikenakan pada subjek secara kolektif dalam komunitas. Efek perlakuan diamati denagn menggunakan satuan analisis individual maupun kelompok.
Nama lain penelitian intervensi ini adalah penelitian operasional (operational research). Disebut penelitian operasional karena penelitian ini dilakukan sekaligus untuk memperbaiki suatu system atau program yang sedang berjalan. Beberapa peneliti menamakan penelitian ini sebagai action research atau penelitian tindakan, karena penelitian dilakukan dengan melakukan tindakan, yakni intervensi atau manipulasi salah satu variabel.
Pada dasarnya ada dua tipe penelitian intervensi ini, yakni intervensi di bidang preventif dan penelitian intervensi di bidang kuratif.

2.      Penelitian Intervensi preventif
Penelitian ini mencoba mempelajari hubungan factor-faktor risiko dengan kejadian suatu penyakit dengan memberikan perlakuan atau manipulasi tehadap factor risiko tersebut pada subjek. Walaupun efek perlakuan yang diberikan secar kolektif pada individu dalam masyarakat atersebut dapat diamati dengan pendekatan individual, tetapi pengamatan tersebut lebih sering dilakukan dengan pendekatan kelompok. Contoh: perlakuan atau intervensi berupa penyuluhan imunisasi untuk ibu-ibu di suatu komunitas, efeknyaakan dilihat dengan meningkatnya cakupan imunisasi anak balita, perlakuan berupa “PNS” (Pemberantasan Sarang Nyamuk) di suatu desa, efeknya akan dilihat dengan menurunnya kasus demam berdarah di desa tersebut.

3.      Penelitian Intervensi Kuratif
Penelitian eksperimental/intervensi ini mencoba memberikan perlakuan terhadap perkembangan suatu penyakit. Dengan kata lain, penelitian ini akan mengungkapkan apakah riwayat alamiah suatu penyakit dapat dimanipulasi atau diintervensi secara spesifik. Perlakuam dalam tipe penelitian ini adalah berupa pembrian penatalaksanaan tindakan kuratif kepada masyarakat untuk menanggulangi penyakit endemic masyarakat. Perlakuan bias berupa penyuluhan kepada masyarakat dalam menghadapi (menanggulangi) penyakit dan dapat dalam bentuk pengobatan missal. Contoh: pengobatan missal cacingan pada anak balita dalam rangka menurunkan prevalensi penyakit cacing perut, penyuluhan untuk berobat secara teratur ke klinik TBC paru dalam rangka untuk menurunkan prevalensi penderita TBC paru.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar